Kamis, 26 September 2013

Indonesia Berdaya

Kamis 26 September 2013 puluhan motivator, inspirator dan entrepreneur berkumpul dalam grand seminar Indonesia Berdaya. Ini rangkaian kegiatan untuk mensosialisasikan Gerakan Indonesia Berdaya. Tujuannya adalah membangun semangat untuk membeli aset-aset strategis dan mengembangkannya secara bisnis yang profesional. Keuntungannya digunakan untuk memberdayakan mereka yang tak berdaya. Aset yang dibeli nantinya merupakan milik umat.

Meskipun banyak sekali motivator, inspirator dan entrepreneur terkenal yang bergabung dalam gerakan ini, namuan gerakan ini tidak menonjolkan salah satu tokoh. Semua memiliki peran yang sama dan siapa pun boleh ikut berperan dalam Indonesia Berdaya.

Ahar tujuan tepat sasaran maka Indonesia Berdaya menggandeng Dompet Dhuafa sebagai operator yang mengelola sedekah atau wakaf tunai yang masuk untuk mewujudkan Indonesia Berdaya.

Mari ikut dukung Indonesia Berdaya dengan transfer sedekah ke rekening yang sudah disiapkan:

BCA 237.300.4723 an Yayasan Dompet Dhuafa Republika
BNI 023.962.3117 an Yayasan Dompet Dhuafa Republika

Kamis, 19 September 2013

Workshop Stand Up Comedy

Workshop Stand Up Comedy Iwel Sastra
Minggu 15 September 2013 bertempat di Gedung Publica Menteng Jakarta Pusat diadakan workshop stand up comedy. Workshop ini dihadiri oleh dua puluh peserta yang ingin memperdalam pengetahuan dan mempertajam kemampuan mereka sebagai stand up comedian.

Workshop ini diprakarsai oleh Iwel Sastra yang merupakan pelopor stand up comedy Indonesia dan Danny Septriadi pengamat dan penikmat stand up comedy yang selama ini juga banyak berperan sebagai comedy buddy Iwel Sastra.

Sesi pertama dibuka oleh Iwel yang  menjelaskan kembali mengenai stand up comedy. Iwel mengutarakan sifat kritisnya terhadap stand up comedy bukan tidak mendasar. Iwel berpegang teguh terhadap apa yang dikemukakan oleh pakar-pakar stand up comedy yang menjelaskan tentang apa sesungguhnya yang disebut dengan stand up comedy. Diantaranya Iwel mengutip pendapat Judy Carter penulis beberapa buku tentang stand up comedy yang juga merupakan instruktur stand up comedy di comedy workshops.

All stand up material must be organized into the setup / punch format. If your material isn’t  organized like this, you’re not doing a stand up. You might be telling a funny story but it’s not stand up 
Judy Carter, Stand Up Comedy The Book 

Dari penjelasan Judy Carter terbaca dengan tegas bahwa seseorang baru bisa dikatakan melakukan stand up comedy jika materi yang dia bawakan tersusun dengan baik dalam bentuk setup dan punchline. Pendapat senada juga diuangkan oleh beberapa pakar lainnya seperti Greg Dean, Jay Sankey dan Stevie Ray.

Apa yang dimaksud dengan setup dan punchline?

The setup is the unfunny part of a joke. It is the informative part of the joke that introduces the subject matter. The punch is where the audience laughs.
 Judy Carter : Stand Up Comedy The Book

Ahmad Aditya seorang sutradara iklan yang pernah mengikuti kursus stand up comedy di Amerika Serika menjadi pembicara pada sesi kedua. Adit, panggilan akrabnya, menceritakan pengalamannya ketika mengikuti kelas stand up comedy di Amerika. Sambil bercerita Adit meyelipkan beberapa joke yang membuat peserta tertawa.

Setelah break makan siang, giliran Danny Septriadi yang memotivasi peserta. Danny mengutip beberapa pernyataan dari Kelly Swanson diantaranya :

Writing comedy doesn’t start with finding the funny in life. It starts with finding the truth in life. No joke will work if you jump to the funny without first uncovering the truth.
Kelly Swanson

Sesi keempat kembali diisi oleh Iwel Sastra. Pada sesi ini Iwel mengajak peserta untuk mengupas buku how to write jokes yang merupakan workbook series step by step to stand up comedy yang ditulis Greg Dean. Peserta praktek menulis jokes dan kemudian secara bergiliran menyampaikan materi yang ditulis.

Sabtu, 07 September 2013

Tertawa Itu Cerdas

Tertawa itu cerdas, itulah judul tulisan yang ditulis di halaman 11 Reader's Digest Indonesia edisi Januari 2005. Saya menemukan kembali majalah ini diantara tumpukan dokumentasi media cetak yang pernah memuat profil atau berita tentag saya. Dulu waktu masih awal-awal suka masuk koran, tabloid atau majalah, sangat rajin disimpan sebagai dokumentasi.

Ada kutipan yang saya sangat senang membacanya. Ini merupakan sebagai rekam jejak saya sebagai seorang stand up comedian.

Setelah berkali-kali gagal menawarkan konsep program acara stand-up comedy ke sejumlah televisi swasta, tanggal 6 Maret 2004 Iwel nekat menggelar sendiri pertunjukan stand-up comedy pertamanya di Gedung Kesenian Jakarta. Meski kapasitas tempat duduk terisi setengah, media massa menjulukinya stand-up comedian pertama di Indonesia. 

 "Saya akan terus berusaha sampai kapanpun agar stand-up comedy diterima masyarakat Indonesia."

Reader's Digest Indonesia edisi Januari 2005

Minggu, 01 September 2013

Kenangan Wayang Nakal

Tahun 1994 Gugun Gondrong melemparkan ide untuk membuat pertunjukan wayang nakal. Bentuknya adalah pertunjukan wayang orang dalam bahasa Indonesia yang disajikan secara renyah dan komedi. Saya menyambutkan hangat ide Gugun tersebut. 

Untuk mewujudkan gagasan tersebut kami berkunjung ke wayang orang Bharata di kawasan Senin Jakarta Pusat. Kami berkonsultasi mengenai gagasan kami tersebut. Ide Gugun ini disambut baik, bahkan kami diperbolehkan untuk meminjam beberapa kostum di sana.

Langkah selanjutnya kami merekrut pemain untuk memperkuat wayang nakal. Diantaranya Cornelia Aghata yang berperan sebagai dalang, DJ Maxx Don sebagai raksasa. Sejumlah cover boy dan cover girl majalah  remaja juga kami ajak. Saya kebagian peran sebagai Petruk, sedangkan Jeffry sebagai Gareng. Gugun bertindak sebagai sutradara.

Jeffry yang kemudian hari dikenal dengan nama Uje bertugas sebagai pelatih akting. Latar belakang Jeffry sebagai seorang aktor membuat dia memiliki pengetahuan lebih soal akting dibandingkan kami. Selain main saya juga bertugas untuk mengubah naskah yang ditulis oleh Gugun Gondrong menjadi naskah komedi yang mampu mengocok perut penonton.

Selama tahun 1994 - 1996 kami kebanjiran job untuk mementaskan wayang nakal di sejumlah tempat.

Kiri ke kanan: Iwel (Petruk), Didi Pakeka (Arjuna), Jeffry (Gareng)