Sabtu, 27 Desember 2014

Kekuatan Silaturahim Untuk Sukses Berkarir

Berikut adalah certwit, alias cerita twit saya mengenai 'The Power of Silaturahim' dalam meningkatkan dan mempercepat sukses dalam berkarier. Twit kekuatan silaturahmi ini saya share melalui akun twitter pribadi saya @iwel_mc pada pertengahan September 2014.

Selepas SMP saya merantau ke Jakarta untuk mewujudkan impian menjadi seorang pelawak. Modal tekad karena waktu itu saya sama sekali tidak punya koneksi di dunia lawak.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah membangun silaturahim dengan para senior yang telah sukses di dunia lawak. Dulu belum ada sosial media, email bahkan sms. Untuk bisa membangun silaturahim maka saya mengunjungi rumah para senior, padahal tidak kenal.

Dari koran, saya ketahui ada 3 tempat berkumpul pelawak jaman itu ( tahun 1989 ). Rumah S Bagio, rumah Eddy Sud dan radio SK. Saya nekat mendatangi rumah S Bagio di kawasan Setia Budi, Kuningan. Pada kunjungan pertama dan kedua saya gagal bertemu karena beliau tidak ada di rumah.

Kunjungan ke 3 saya berhasil bertemu S Bagio yang kaget melihat remaja Padang kelas 1 SMA ke Jakarta ingin jadi pelawak. Melihat tekad saya yang bulat, S Bagio mengijinkan saya sering bertemu beliau dan menimba ilmu lawak dan panggung pada beliau. Saya pun akrab dengan pelawak-pelawak top yang sering kumpul di rumah S Bagio  seperti Yanto Stock On You, Prapto Mpek Mpek, Eko DJ, dan lain-lain.

Saat itu berkarier di dunia lawak harus punya grup. S Bagio menyarankan saya main ke Radio SK karena di sana banyak pelawak-pelawak muda. Di Radio SK saya bertemu Eko Seboel ( sekarang Patrio ). Kami pernah sama-sama jadi peserta lomba lawak RRI / TVRI tingkat nasional. Selain bertemu pelawak yang sedang merintis, di radio SK saya juga berkenalan dengan anggota grup lawak senior seperti Bagito dan Gideon ( kemudian pecah menjadi 4 Sekawan ).

Pertemuan dengan para senior dan ilmu yang mereka tularkan ini yang membuat saya kuat bertahan hingga sekarang di dunia komedi. Para senior seperti S Bagio, Ateng hingga Us Us yang menularkan ilmu lawaknya kepada saya, hingga akhir hayatnya tetap dikenang sebagai pelawak.

Mereka merintis dari bawah, besar di panggung, tahan banting dalam persingan serta memiliki tujuan yang kuat. Bukan sekadar iseng atau ikut trend. Ketika saya tertarik dengan Jerry Seinfeld tahun 1997 dan serius menekuni dunia stand up comedy tahun 1998, pola ini kembali saya gunakan.

Saat itu belum ada senior atau komedian lain yang nge-branding diri mereka sebagai stand up comedian. Hal ini membuat saya kesulitan mencari teman diskusi. Beberapa senior agak pesimis Stand Up Comedy bisa dikembangkan karena penikmat komedi sudah terlanjur menyukai komedi berkelompok.

Saya sering diskusi dengan Ateng di kediamannya di Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan. Beliau termasuk senior yang mendorong saya menekuni Stand Up Comedy. Selain itu, saya sering diskusi dengan rekan saya Diaz yang menyukai Stand Up Comedy ketika kuliah di Amerika. Diaz pula yang kasih saya VCD stand up comedy.

Tahun 2004 saya bertemu dengan beberapa orang yang tertarik Stand Up Comedy seperti Danny Septriadi (dannydarussalam.com) dan Dana Pandawa. Saya email 2 orang coach Stand Up Comedy terkenal di Amerika, Judy Carter dan Greg Dean. Pada mereka saya mengutarakan keinginan untuk belajar. Alhamdulillah email saya dibalas positif. Meskipun tak bertatap muka, saya senang bisa belajar langsung melalui email dengan mereka. Saya mempraktikkan yang saya pelajari dari para guru, wajar muncul nada sinis bilang saya comic yang 'text book' dan terlalu akademis.

Kemudian saya mendengar kalau di Comedy Cafe Ramon Papana di Kemang ada stand up comedy. Saya pun bersilaturahim kesana. Saya sudah kenal Ramon Papana sejak dia masih jadi DJ top di pertengahan tahun 90-an. Kemudian saya dengar kalau Ramon menekuni bisnis komedi.

Pertemuan dengan Ramon ini memunculkan ide untuk merekam stand up comedy di Comedy Cafe Kemang dan meng-upload ke youtube. Harus diakui Comedy Cafe Ramon Papana memiliki jasa dalam menggerakkan stand up comedy. Pandji dan Raditya Dika pun pernah tampil di sana.

Ketika saya tertarik menekuni dunia motivasi maka saya pun kembali melakukan silaturahim pada para senior. Saya bersilaturahim dengan senior yang sudah duluan menekuni dunia motivasi seperti Gede Prama, Tung Desem Waringin, Ippho Santosa, Jamil Azzaini dan lainnya.

Belajar langsung pada senior membuat kita lebih mengetahui secara dalam bidang yang kita tekuni terutama dari sisi bisnisnya. Saya menekuni dunia motivasi terinspirasi dari bukunya Judy Carter "The Message of You". Di Amerika banyak comic yang juga adalah seorang public speaker.

Selain itu secara bisnis, gaya komedi saya ini belum ramah rating dan share tv. Saya harus terus berkarya apapun medianya.

Saya tetap memberikan motivasi dengan gaya stand up comedy yang kemudian menjadi pembeda abadi saya dengan para motivator atau trainer lain.

Meskipun saat ini saya belum punya program rutin di tv hiburan, namun saya tetap menjaga hubungan silaturahim dengan tv tersebut. Apalagi sekarang teknologi sudah canggih, kita bisa bersilaturahim kapan saja dan dimana saja. Networking bukan sekadar menghasilkan uang, networking bisa menjadi sumber ilmu. Impian yang dituju dengan ilmu hasilnya dahsyat.

Untuk mencapai sukses, rajin-rajinlah silaturahim dengan orang yang telah mencapai sukses terlebih dahulu di bidang yang kita tekuni. Demikian certwit saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Selamat beraktifitas, sehat, bahagia dan sukses selalu.

Senin, 15 Desember 2014

Kesempatan Dalam Kesempatan 3

Di tulisan sebelumnya saya menceritakan perjalanan saya menggeluti profesi sebagai full time comedian dan situasi perubahan industri dunia hiburan yang sangat dinamis. Saya lanjutkan ya.

Setelah saya pelajari, salah satu panggung yg selalu hidup adalah panggung seminar motivasi yang tidak tergantung dengan tv. Jalur popularitas mayoritas pembicara seminar adalah menulis buku, bukan muncul di tv. Saya bisa ikuti jalur ini. Saya tidak mau sekadar jadi pembicara. Identitas komedian saya harus ikut serta maka saya buat Stand Up Motivasi.

Buku perdana saya Motivaction Mimpi Atau Mati merupakan buku motivasi ddengan gaya stand up comedy. Saya pun mulai rajin menulis artikel motivasi dan esai komedi di sejumlah media cetak dan online. Meskipun sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia komedi tapi di dunia motivasi saya adalah orang baru yang tentu ingin cepat jadi pembicara puncak.

Saya gunakan kembali pola lama saya ketika terjun ke dunia lawak. Saya belajar kepada motivator dan pembicara papan atas. Saya sungguh-sungguh dalam mempelajari konten dan menentukan faktor pembeda saya dengan pembicara top lain.

Memadukan stand up comedy & motivasi jadi pembeda, nilai jual serta keunikan saya. Alhamdulillah kesungguhan saya membuahkan hasil. Tahun ini saya sudah 2 kali tampil di event besar bersama pembicara papan atas Indonesia seperti Ippho Santosa, Bong Chandra dan Tung Desem Waringin.

Hal paling penting, meskipun saya sedang jarang muncul di tv namun panggung masih membuka ruang buat saya untuk berkomedi. TV tentu tidak boleh dilupakan. Bagaimanapun itu salah satu media untuk berkarya. Saya harus tetap membuat kesempatan di tv. Sahabat saya (alm) Uje pernah berpesan "lu harus tampil di acara yang menghibur, mendidik dan paling penting bermanfaat Wel".

Dalam pandangan ilmu motivasi, saya yakin segera dipertemukan dengan petinggi tv yang memiliki frekuensi yang sama dengan saya. Kesamaan dalam keinginan memproduksi dan menayangkan program komedi yang menghibur, mendidik dan bermanfaat. Saya yakin itu.

Tak disangka-sangka Allah SWT mempertemukan saya dengan orang itu walau kami belum pernah bertemu secara fisik. Kami sudah mulai diskusi. Saya terharu ternyata ada petinggi tv yang punya kegelisahan ingin melahirkan program menghibur namun mendidik dan bermanfaat. Semoga diskusi-diskusi tersebut bisa segera dieksekusi. Saya yakin jika bersungguh-sungguh dalam membuat kesempatan pasti ada kemudahan.

Sebelum membuat kesempatan kita harus tetapkan dulu tujuan kita dalam kesempatan tersebut. Misalnya, ingin meningkatkan karir, peluang bisnis, dan lain-lain. Kalau tadi saya bahas membuat kesempatan maka selanjutnya saya akan bahas tentang memberi kesempatan.

Dalam hadits riwayat Al-Bukhariy, Rasulullah SAW bersabda “Berilah pancing dan  jangan hanya memberi ikan”. Pancing atau kail disini bisa berarti kesempatan. Memberi kesempatan dan membukakan jalan untuk orang lain berkarir dan mendapatkan penghasilan. Tentu saja sebaiknya yang diberi kesempatan adalah mereka yang bersungguh-sungguh sehingga kesempatan tersebut jadi bermakna.

Banyak yang datang ke saya minta untuk diberi kesempatan namun banyak juga yang gugur karena tidak sungguh-sungguh. Malas menjalani proses. Pernah saya lihat comic tidak lucu tapi terkesan dengan semangatnya yang kuat. Saya tawari dia untuk jadi asisten saya, supaya bisa belajar. Setelah jadi asisten saya, penampilannya di panggung menjadi semakin baik. Saya beri dia jam terbang untuk menguji materinya.

Sayangnya dia merasa cepat puas dan merasa sudah lucu. Tidak mau lagi belajar dan mendengar saran saya. Mulai jalan sendiri dengan pemikirannya. Saya pun melepas dia. Setelah tidak ikut saya karirnya malah mundur. Mau ikut saya lagi posisinya sudah diisi orang lain.

Ada yang kesulitan finansial datang. Saya lihat dia punya potensi untuk menulis, saya tawarkan kerjaan menulis skrip humor untuk radio. Dia menerima tawaran tersebut. Setelah berminggu-minggu saya tunggu tulisannya tak kunjung datang. Terlihat bahwa dia tidak bersungguh-sungguh.

Ada lagi yang datang ingin jadi motivator. Saya lihat syarat untuk jadi motivator belum dia miliki. Dia masih harus belajar banyak. Supaya bisa belajar saya tawarkan dia jadi crew di event motivasi besar. Dia bisa belajar sambil dapat uang. Dia menyanggupi. Hari H dia tidak datang. Ketika saya tanya jawabnya, lupa. Terlihat bahwa dia tidak bersungguh-sungguh.

Dari pengalaman saya bertemu dengan orang yang mencari kesempatan, banyak di antara mereka tidak punya strategi dalam mewujudkan mimpi. Tidak mau menjalani proses. Kalaupun menjalani proses, pilih yang enak-enak aja menurut mereka. Nggak mau susah.

Seperti yang sudah saya tulis dalam Teori Robin: Belajarlah pada Robin yang sangat senang diberi kesempatan membantu Batman. Saya senang memberikan kesempatan kepada yang membutuhkan. Butuh atau tidaknya seseorang akan sebuah kesempatan bisa terlihat dari kesungguhannya memanfaatkan kesempatan tersebut.

Dengan memberi kesempatan kepada orang lain sebenarnya kita sudah membuat kesempatan buat diri kita sendiri. Itulah kultwit mengenai kesempatan dalam kesempatan yg saya twit dalam kesempatan kali ini. Sampai jumpa di kesempatan lain.

Iwel Sastra
Pelopor Stand Up Comedy Indonesia
Stand Up Motivator No 1 Indonesia

Kesempatan Dalam Kesempatan 2

Event tahun 2010 sebelum Stand Up Booming tahun 2011
Di bagian pertama tulisan Kesempatan Dalam Kesempatan, saya menganjurkan agar kita memahami sisi bisnis dari apapun profesi yg kita pilih. Tentu contoh yang saya berikan sesuai dengan profesi saya sebagai komedian yang masuk sebagai profesi di dunia hiburan. Saya lanjutkan dulu ya di tulisan bagian 2 ini.

Di tahun 90-an saya mempelajari bisnis lawak dengan mempelajari 2 grup lawak papan atas: Warkop DKI & Bagito. Bagito tampil di TVRI dan siaran radio. Warkop rutin tampil di layar lebar. Penghasilan kedua grup ini juga banyak dari "off air". Menariknya, di "off air" Warkop sering jadi MC, begitu juga Bagito. Muncul pelawak Jimmy Gideon yang juga sering ngemsi.

Saya baca peluang bahwa MC pelawak memiliki nilai plus dibanding MC biasa. Nilai plusnya bisa melucu dan cairkan suasana. Salah satu cara membuat kesempatan menjadi MC pelawak adalah dgn menjadi penyiar radio. Saya coba buat kesempatan itu. Kalau saya siaran di radio SK maka saya akan tengelam oleh Bagito, 4 Sekawan dan pelawak lain yg lebih dulu populer di radio SK.

Kalau melamar ke Prambors, disana sudah ada 2 pelawak yg siaran : Krisna Purwana dan Jimmy Gideon. Sulit saya bisa diterima. Kemudian saya bidik radio DMC 1079 FM. Alasannya, DMC adalah radio baru. Pelawak populer yang siaran disana hanya Nana Krip. Kesempatan lebih terbuka. Setelah melewati proses panjang dan bersungguh-sungguh, tahun 1993 saya diterima jadi penyiar radio DMC. Jalan jadi MC terbuka. Menurut saya secara bisnis, profesi MC selalu dibutuhkan karena hampir tiap hari ada event yang membutuhkan MC.

Di akhir tahun 90-an saya lihat bisnis grup lawak akan suram. TV swasta mulai senang mencabut pelawak dari grup lawaknya. Ini pula yang membuat saya mulai menekuni Stand Up Comedy tahun 1998. Mulai mensosialisaikan dari kafe ke kafe. Era 2000-an bisnis grup lawak makin suram. Grup lawak terkenal pun personilnya mulai tampil sendiri-sendiri karena tv maunya begitu. Setelah Patrio & Cagur belum ada lagi grup lawak yang bisa populer. Kalau Bajaj menurut saya lebih eksis di sinetron, bukan lawak. Sule bersama grup lawak SOS pernah menjadi juara Audisi Pelawak TPI (API) setelah itu grupnya hilang, Sule berkibar sendiri.

Setelah gerilya selama 6 thn mensosialisasikan Stand Up Comedy, tahun 2004 saya bertekad membuat kesempatan. Jadilah tahun 2004 saya membuat pementasan pertama Stand Up Comedy Indonesia di Gedung Kesenian Jakarta. Bahkan beberapa media seperti majalah Lisa dan majalah Gatra dalam liputannya menyebutkan saya Stand Up Comedian pertama di Indonesia. Begitu pula dengan majalah Reader's Digest yang kemudian mewawancarai saya pasca pementasan.

Sebelum pementasan tersebut, juga di tahun 2004, saya tampil stand up comedy selama 10 menit di hadapan Menkopolhukam SBY dalam sebuah acara peluncuran buku. Meskipun demikian secara bisnis Stand Up Comedy belum menjanjikan dibanding MC maupun penyanyi.

Setelah muncul di Bintang Bincang RCTI tahun 2005 mastarakat luas mulai mengenal saya tetapi belum paham bahwa yang saya bawakan adalah Stand Up Comedy. Tahun 2011 Stand Up Comedy booming karena tayang di Metro TV dan Kompas TV plus efek youtube.

Kecenderungan TV melahirkan bintangnya sendiri. KompasTV tidak terlalu menganggap saya sebagai comic dibanding pelawak senior. Diawal persiapan program Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) saya diajak diskusi, setelah itu tidak dilibatkan karena Kompas TV ingin tampilkan sosok yang lebih menjual. Itu hal biasa dala
m bisnis. MetroTV sejak awal melibatkan saya. Hanya masalah jadwal belakangan saya jarang tampil di Stand Up Comedy Metro TV.

Sekarang bermunculanlah comic dadakan. Ada yg benar-benar berbakat, ada modal nekat, ada yang atas paksaan neneknya. Dengan munculnya banyak comic maka persediaan melebihi permintaan. Ini berhubungan dengan honor. He he he. Masuk dalam "red ocean". Bagi yg belum paham "red ocean" silahkan google saja. Sederhananya, tidak bisa pasang harga tinggi karena konsumen banyak pilihan.

Situasi ini membuat saya harus berpikir kreatif untuk selalu membuat kesempatan karena berkomedi sudah menjadi pilihan hidup. Saya realistis untuk punya acara tv tidaklah mudah dengan pola komedi yang ada sekarang ini. Saya belum cocok dan tidak mau memaksakan diri. Namun saya ingat pesan (alm) S Bagyo "selama ada panggung maka disana kesempatan selalu terbuka" Saya harus cari panggung.

Iwel Sastra
Pelopor Stand Up Comedy Indonesia
Stand Up Motivator No 1 Indonesia

Kesempatan Dalam Kesempatan 1

Bersama rekan pelawak PASKI  (Persatuan Seniman Komedi Indonesia)


Tulisan ini merupakan kultwit yang saya share via akun twitter saya, @iwel_mc  Sabtu 6 Desember lalu. Agar tidak terlalu panjang, saya bagi menjadi 3 bagian. Yuk mari disimak :)

Di pagi yg cerah ini saya akan bicara mengenai kesempatan dalam kesempatan. Awas! Hati-hati, bukan kesempatan dalam kesempitan lho. Rumus sederhana agar karir lancar adalah dengan membuat kesempatan dan memberi kesempatan. Membuat kesempatan dengan cara bekerja sungguh-sungguh. Memberi kesempatan dengan cara sungguh-sungguh memberikannya kepada orang yg sungguh-sungguh.

Ketika saya memulai karir di dunia lawak, saya membuat kesempatan dengan mendatangi pelawak-pelawak senior seperti S Bagyo, Ateng, dan lain-lain. Dari mereka saya bukan hanya belajar melawak tapi belajar bagaimana mempersiapkan mental masuk ke dunia hiburan.

Dunia hiburan adalah dunia yang pasang surutnya terjadi dengan sangat cepat. Bisa cepat terkenal, bisa juga cepat hilang. Idealnya sih stabil eksis. Pelawak Ateng adalah salah satu pelawak yang sampai akhir hayatnya tetap mapan. Bisa membiayai anak sekolah hingga ke luar negeri. Selain Ateng, ada beberapa pelawak lain yang hidupnya mapan hingga masa tua.

Industri lawak dulu beda dengan sekarang. Pelawak dulu sangat mengandalkan penghasilan dari "off air", film dan penjualan kaset. Pelawak dulu tampil di TVRI bukan mengharapkan honor tapi untuk "personal promotion".  Honor tampil di TVRI memang minim. Pelawak atau komedian sekarang lebih enak karena bisa punya program striping dengan bayaran yang mantap per episode. Industrinya mendukung.

Kembali ke soal membuat kesempatan. Hal mendasar dari bidang apapun yang kita geluti, kita harus paham bisnisnya. Misalnya, ketika Anda ingin membuat kesempatan di bisnis online, pastikan dulu apakah bisnis yang dipilih masih siang atau masuk usia senja.

Begitu pula saat memutuskan menjadi full time comedian. Harus paham dulu, apa memang bisa hidup dari profesi ini atau menang ngetop doang. Dengan memahami bisnis dari profesi yang kita geluti, maka mimpi kita bisa terukur dengan baik. Kita optimis di alam nyata.

Iwel Sastra
Pelopor Stand Up Comedy Indonesia
Stand Up Motivator No 1 Indonesia