Senin, 30 November 2015

Lima Manfaat Grup Whatsapp

Salah Satu Grup WA Favorit Saya
Sudah menjadi sifat dasar manusia senang bersosialisasi dan berkumpul. Maka tak heran jika ada orang yang senang menyendiri dan tidak suka bergaul selalu menimbulkan tanda tanya. Warung atau cafe biasanya disukai orang sebagai tempat untuk bergaul. Di sana kita bisa bebas ngobrol berjam-jam untuk membahas hal-hal yang penting hingga tidak penting. Ketawa-ketiwi, ngegosip, curhat atau sekedar ngobrol ngalor ngidul.

Seiring dengan perkembangan teknologi, berkumpul tidak lagi selalu harus bertemu secara fisik. Orang bisa memanfaatkan teknologi agar tetap dapat berkomunikasi secara bersama-sama dalam waktu yang bersamaan tanpa harus bertemu. Di akhir tahun 90-an mailing list atau milis mulai digunakan sebagai ajang berkumpul untuk berbagi informasi atau sekadar bercerita. Tren menggunakan milis makin meningkat sejak munculnya penyedia layanan seperti Yahoo!Groups. Berbagai macam milis bermunculan, biasanya terkait dengan profesi, hobi, satu almamater, dan lain-lain.

Munculnya Facebook tahun 2004 juga dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul. Berbagai grup pun muncul di jaringan Facebook. Perkembangan teknologi biasanya juga diikuti dengan perubahan kebiasaan. Munculnya blackberry yang menyediakan fasilitas grup membuat orang mulai beralih memanfaatkan blackberry sebagai ajak berkumpul. Perlahan tapi pasti orang-orang mulai meninggalkan milis. Era android datang menggilas blackberry. Perlahan tapi pasti pengguna blackberry mulai berkurang, orang pun mulai banyak beralih menggunakan whatsapp (WA). Grup-grup WA pun muncul. 

Ada seorang teman yang tergabung dalam 42 grup WA. Menurut saya sebaiknya kita memilih bergabung dengan grup yang mendatangkan manfaat. Kebanyakan grup tanpa kita sadari bisa mengganggu produktifitas kita. Notifikasi yang bejibun apabila tidak dibuka menimbulkan rasa penasaran, apabila dibuka takut kita larut membaca atau meresponnya. Hal ini kadang tanpa kita sadari kita sudah membuang waktu produktif kita. 

Namun begitu, ada beberapa hal positif yang bisa kita manfaatkan dengan bergabung di grup WA :

1. Personal branding. Melalui grup WA kita bisa membangun personal branding. Branding ini bisa dibangun melalui pesan yang kita kirim ke grup atau cara kita merespon topik yang sedang dibahas di grup.

2. Personal marketing. Kita bisa memanfaatkan grup WA untuk memasarkan diri. Sebaiknya dilakukan dengan cara yang halus dan jangan vulgar. Misalnya, kita bisa memasarkan keahlian sebagai penulis bercerita di grup bahwa tadi baru selesai meeting dengan salah satu penerbit yang tertarik dengan tulisan kita. Atau jika kita punya usaha sampingan seperti produksi sambal maka kita bisa cerita di grup bahwa kita baru sempat buka grup karena tadi sibuk menyiapkan pesana sambal dari pelanggan. Sekali lagi, perlu diingat lakukan dengan cara yang halus dan cerdas supaya tidak menjadi sekadar pamer.

3. Entertaining. Grup WA bisa kita gunakan sebagai hiburan pelepas lelah, pengusir suntuk dan penghalau galau. Biasanya di grup banyak berseliweran postingan meme lucu, cerita lucu atau bahasan topik yang lucu dari anggota grup lain. Ini cukup menghibur tapi ingat harus tetap membatasi diri jangan sampai larut dalam grup sehingga mengabaikan pekerjaan atau aktifitas lain.

4. Monitoring. Banyak juga orang yang bergabung di grup WA tapi tidak aktif. Tidak pernah posting, tidak pernah komentar dan tidak pernah respon. Namun dia sangat rajin mengecek grup. Biasanya tipe begini adalah tipe yang tidak mau ketinggalan informasi terkini. Tipe anggota grup seperti inil memang lebih suka memonitor. 

5. Networking. Ini menurut saya paling penting. Bergabung dengan grup WA untuk membangun networking alias jaringan.

Hal yang perlu dihindari ketika bergabung dengan grup WA adalah selling apalagi sampai hard selling. Belum tentu anggota lain suka hal ini. Apabila ingin memanfaatkan grup WA untuk selling maka sebaiknya bikin grup WA sendiri yang tujuannya memang untuk jualan.

Minggu, 29 November 2015

API Lagi MNCTV

Bersama Rekan-Rekan Juri API Lagi MNCTV
Sabtu 28 November 2015 saya diundang MNCTV untuk menjadi salah satu juri Aksi Pelawak Indonesia (API) Lagi. Saya menerima undangan ini dengan senang hati. Saya diplot menjadi juri bersama Patrio dengan formasi lengkap Parto, Akri dan Eko. Selain itu di bangku juri juga ada stand up comedian Adjis Doa Ibu 

Ada dua alasan yang membuat saya senang mendapat undangan ini. Pertama, ini perjalanan nostalgia saya sebagai komedian karena tahun 2005 saya pernah dilibatkan sebagai mentor dan juri API 1. Saat itu singkatan API masih berupa Audisi Pelawak TPI karena TPI belum berganti nama menjadi MNCTV. Sebagai mentor saya sempat mengenalkan stand up comedy termasuk kepada Sule yang keluar sebagai juara bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam grup lawak SOS. Alasan kedua, dalam API Lagi ada dua kategori yang diperlombakan sekaligus yaitu tv play (lawak grup) dan stand up comedy. Saya sangat menguasai kedua bidang ini secara teori dan praktek karena sebelum mengenal stand up comedy tahun 1997 saya terlebih dahulu berkiprah sebagai pelawak grup dan pernah menjadi finalis lomba lawak RRI / TVRI tingkat nasional tahun 1989.
 
Dalam catatan saya sebagai juri saya melihat bahwa semangat peserta dalam mengikuti kompetisi ini sangat luar biasa. Mereka semua sudah siap tampil untuk memberikan yang terbaik. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan untuk bisa memberikan yang terbaik bagi penonton. Saya menilai sebagian peserta grup (tv play) masih kurang kreatif dalam menggali materi lawakan sehingga ada yang terjebak mengikuti pola yang sudah terlalu sering dimainkan oleh senior mereka. Selain itu kekompakan dalam bermain grup masih belum terlihat karena masing-masing masih memunculkan ego individu. Dalam grup tidak semua harus lucu tapi ada yang bertugas untuk bisa mengatur irama permainan dengan baik atau istilah kerennya play maker.

Untuk peserta kategori stand up comedy secara delivery semuanya terlihat sudah sangat menguasai panggung. Secara objektif saya akui bahwa terlihat ada usaha dari mereka untuk melakukan stand up comedy secara benar. Topik yang dibahas sudah sangat variatif. Saran saya mereka harus lebih tekun dalam mengolah materi untuk bisa membuat penonton tertawa. Jangan cepat puas dengan materi yang sudah ditulis. Bagaimana pun selain delivery yang baik jualan utama pelawak maupun stand up comedian adalah materi. Mereka harus bisa memanfaatkan kompetisi ini dengan sebaiknya karena ini merupakan salah satu gerbang mereka untuk bisa eksis di dunia komedi Indonesia.

Selasa, 24 November 2015

Pelatihan Kepemimpinan Alias Leadership Training

Suatu kali saya mendapat pertanyaan yang berbunyi mengapa karyawan perlu ikut pelatihan kepemimpinan. Belum sempat saya menjawab dia melanjutkan pertanyaan dengan menanyakan apakah pemimpin itu terlahir sebagai pemimpin atau dibentuk. Dia meneruskan pertanyaan dengan pendapatnya yang menyebutkan kalau seseorang ikut pelatihan kepemimpinan berarti pemimpin itu dibentuk. Setelah saya yakin dia selesai dengan pertanyaan dan pendapatnya barulah saya menjawab kedua pertanyaan tersebut serta memberikan tanggapan atas pendapatnya.

Secara sederhana karyawan perlu ikut pelatihan kepemimpinan supaya bisa memimpin. Minimal memimpin dirinya sendiri. Kedengarannya memang lucu memimpin diri sendiri. Artinya adalah bahwa ketika seseorang karyawan berada dalam struktur organisasi meskipun masih berada pada level bawah segala tindakannya yang tarkait dengan hak dan kewajiban dalam organisasi tersebut memberikan dampak terhadap karirnya baik positif maupun  negatif. Misalnya ketika dia memerintahkan kepada dirinya sendiri untuk segera menyelesaikan pekerjaan atau memilih mengabaikan deadline yang diberikan oleh atasan. Bagi karyawan yang membawahi beberapa karyawan lain dalam organisasi perusahaan pelatihan kepemimpinan menjadi modal untuk memimpin bawahannya dengan baik karena memimpin bukan sekadar menjadi leader yang memiliki anak buah.

Ada orang yang terlahir dengan bakat kepemimpinan. Bakat ini sudah terlihat semenjak kecil dalam pergaulan sehari-hari. Ada nilai plus bagi mereka yang memiliki bakat kepemimpinan  yaitu karisma dan wibawanya sebagai pemimpin muncul secara natural. Auaranya muncul. Namun bukan berarti mereka yang tidak memiliki bakat kepemimpinan tidak bisa menjadi pemimpin. Itulah gunanya pelatihan kepemimpinan yang membantu para calon pemimpin atau pun yang sudah duduk sebagai pemimpin untuk bisa memimpin dengan baik.

Kepemimpinan adalah seni. Setidaknya ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam seni memimpin.

1. Seni menginspirasi. Seorang leader atau pemimpin yang baik tidak hanya mengandalkan kata-kata tapi juga perbuatan. Tindakan dan langkah positif  pemimpin yang membuat semakin majunya perusahaan  menjadi inspirasi bagi bawahannya untuk melakukan yang terbaik. 

2. Seni memotivasi. Ada kalanya bawahan atau tim berada pada kondisi yang tidak prima, kehilangan semangat, kehilangan orientasi kerja yang diakibatkan oleh berbagai hal baik terkait dengan pekerjaannya maupun diluar pekerjaan. Pemimpin yang baik harus bisa memotivasi karyawan untuk kembali fokus pada pekerjaannya dengan berbagai motivasi yang mengarah kepada solusi terhadap persoalan yang sedang dihadapi bawahan atau tim.

3. Seni mengatur. Ini bagian yang sangat penting bagaimana seorang leader bisa mengatur bawahan atau timnya dengan baik. Tim terdiri dari individu dari berbagai latar belakang, sifat dan tujuan hidup yang berbeda-beda. Apabila tidak memilki seni mengatur dengan baik maka bisa jadi pemimpin malah putus asa dan frustasi terhadap kinerja bawahan atau tim yang tidak pernah sesuai dengan harapan. 

Iwel Sastra
Komedian, Trainer & Motivator
Informasi training & motivasi : hubungi Cici 08176655874

Senin, 23 November 2015

Hindari Penyebab Gagal

Ada kalimat penghibur yang biasa diucapkan ketika ada seseorang yang gagal, "gagal adalah sukses yang tertunda". Menurut saya, meskipun kalimat ini cukup menghibur, tetapi sebaiknya kita hindari. Jika sukses bisa didapat tepat waktu, mengapa juga ditunda-tunda. Misalnya, seorang pemuda menghadap calon mertua. Kemudian calon mertuanya menanyakan pekerjaan pemuda ini. Lalu dengan mantap pemuda tersebut menjawab “saya adalah pengusaha sukses. Sukses yang tertunda.” Maka dengan tak kalah mantap calon mertuanya berkata “kamu saya izinkan mendekati anak saya tapi sementara izinnya saya tunda dulu.”

Dalam buku Motivaction, Mimpi Atau Mati! saya menulis, segala sesuatu yang datang pada waktu yang diharapkan lebih menyenangkan daripada tertunda. Seorang pria jomblo yang janjian dengan perempuan idamannya untuk bertemu tentu akan sangat senang ketika idamannya datang tepat waktu. Sebaliknya, pria jomblo ini pasti akan gelisah kalau perempuan idaman yang janjian dengannya datang terlambat. Ketika akhirnya datang malah bersama pria lain. Gubrak! Contoh ini mungkin kurang pas tapi tolong dianggap pas saja, he he he.

Begitupun dengan sukses yang tertunda. Walaupun kemudian kita berhasil meraihnya, tetapi sebelum itu kita pernah berada dalam pahitnya kegagalan. Atau ketika kita meraihnya ternyata hal yang kita tuju dan inginkan sudah tidak menjadi trend lagi. Misalnya, sudah lama Anda ingin menjadi pengusaha fashion, namun selalu gagal ketika mencobanya. Ketika Anda akhirnya berhasil menjadi pengusaha fashion ternyata bisnis itu pemainnya sudah sesak. Anda terjebak dalam kompetisi banting harga atau dalam istilah kerennya red ocean. Berarti Anda hanya sesaat saja menikmati kesuksesan. Masih banyak sekali hal yang harus diperjuangkan lagi sebelum Anda bisa benar-benar merasakan puncak sukses sebagai pengusaha fashion. 
 
Jadi sebaiknya mulai sekarang jangan terlalu cepat menghibur diri dengan kata-kata “gagal adalah sukses yang tertunda”. Ketika mengalami kegagalan, katakanlah “saya telah berhasil menginjak anak tangga pertama kesuksesan dan siap melesat ke anak tangga berikutnya hingga puncak”. Ingat ya, puncak kesuksesan bukan puncak yang ada taman safarinya lho, he he he. 

Siapa bilang gagal alias sukses yang tertunda itu enak. Supaya kesuksesan datang tepat waktu, pelajari 3 penyebab gagal yang harus dihindari berikut ini.

Pertama, gagal karena tidak mengukur diri. Dengan mengukur diri kita bisa melihat kelebihan dan kekurangan untuk kemudian memantaskan diri dengan impian kita. Contoh paling mudah adalah jika ada seseorang yang bermimpi ingin jadi penyanyi terkenal padahal dia tidak memiliki kualifikasi untuk bisa menjadi penyanyi yang bagus. Jangankan bernyanyi, batuk saja dia fals. Bagaimana mungkin ia bisa menjadi penyanyi terkenal. Lantas apakah dia tidak boleh jadi penyanyi? Boleh saja tapi standar mimpinya diturunkan menjadi penyanyi kamar mandi.

Contoh lain, jika Anda ingin menjadi direksi di sebuah perusahaan besar. Tentu mimpi ini hanya akan jadi angan-angan jika Anda tidak mengukur posisi dan kualifikasi Anda saat ini. Apa jabatan Anda sekarang, kualifikasi apa yang diperlukan agar bisa duduk di posisi direktur, kualifikasi apa yang sudah Anda miliki dan yang belum Anda miliki, bagaimana memenuhinya. Semua hal ini harus dipetakan, diukur kemudian ditentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan.

Kedua, gagal karena tidak memiliki ilmunya. Banyak dari kita lupa, saat ingin mewujudkan apapun impian kita harus menguasai ilmunya. Jika Anda ingin menjadi seorang marketer sukses dengan penghasilan besar tentu Anda harus menguasai ilmu dan teknik pemasaran. Jika Anda ingin menjadi seorang trainer sukses yang bisa mengembangkan keterampilan sesama rekan karyawan tentu Anda harus menguasai ilmu dan skill komunikasi.

Sebenarnya ada cara paling mudah mendapatkan ilmu agar kita sukses di bidang apapun yang dijalani, yaitu mempelajari pengalaman orang sukses. Dengan melihat perjalanan orang sukses dari masa lalu hingga saat ini kita bisa melihat kerja keras, strategi dan konsistensi mereka. Kemudian pinjamlah pengalaman itu sebagai panduan. Dengan begitu, kita bisa hemat waktu karena terhindar dari melakukan kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang sebelum kita.

Orang sering kali terobsesi ingin menjadi seperti Steve Jobs, Bill Gates maupun Mark Zuckerberg. Lalu ikut-ikutan tidak melanjutkan kuliah karena beranggapan mereka ini sukses walaupun tidak menyelesaikan kuliah Namun ada yang dilupakan oleh orang-orang bahwa meskipun mereka tidak menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi namun mereka telah memiliki ilmu tentang bisnis yang mereka geluti. Seharusnya bukan dilihat tidak selesai kuliahnya, tetapi sebaiknya dicari tahu bagaimana cara orang-orang sukses ini mendapatkan ilmu di luar sekolah. Kalau salah menafsirkan, bukannya jadi Steve Jobs malah nggak punya job alias nganggur.

Ketiga, gagal karena tidak sabar. Harus dipahami, apapun tujuan dan cita-cita kita, ada proses yang harus dilalui. Proses bukan cuma terkait waktu. Tetapi juga beragam masalah, hambatan dan kesulitan yang muncul di sepanjang perjalanan. Sabar dalam berproses mewujud dalam sikap pantang menyerah, tetap konsisten, disiplin dan optimis. Sabar dan tekun merupakan syarat wajib sukses.

Dalam sabar ini Anda harus memiliki mental seperti seorang petinju professional yang siap bertarung selama 12 ronde. Kalau dalam 3 ronde Anda bisa mengalahkan lawan, itu berarti strategi Anda berjalan dengan baik. Kalau setelah 10 ronde Anda belum bisa mengalahkan lawan maka Anda harus tetap bersabar dan tidak menyerah. Minimal Anda harus menang angka. Kalau Anda tidak mempersiapkan diri untuk bertarung hingga 12 ronde, maka ketika Anda dipukul jatuh di ronde pertama, mental Anda pasti langsung ciut. Kalau sudah begini, bukannya segera bangkit ketika wasit mulai menghitung bisa jadi Anda malah pura-pura tidur he he he.  

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Luar Biasa Edisi Desember 2014

Minggu, 22 November 2015

Semua Berawal Dari Kecil

Foto bersama sebagian peserta
Dalam salah satu bab buku Motivaction, Mimpi atau Mati! saya menulis bahwa semua berawal dari kecil. Saya memberikan beberapa contoh bisnis atau produk yang dimulai dari kecil. Melalui tulisan itu saya ingin menginspirasi pembaca agar segera action meskipun dimulai dari hal yang kecil. Apabila kita tidak pernah mau memulai dari yang kecil maka jangan harap bisa tumbuh menjadi besar. Menjalani proses merupakan suatu keharusan untuk mencapai sukses.

Sebagai pakar motivasi saya selalu menyampaikan apa yang sudah saya lakukan dan melakukan apa yang saya sampaikan. Sejak beberapa bulan lalu saya memiliki ide untuk membuat acara Forum Motivasi Iwel Sastra. Dalam acara ini saya ingin menampilkan semua kemampuan public speaking yang saya miliki mulai sebagai MC, stand up comedian, trainer dan motivator. Selain itu saya juga ingin memberikan panggung untuk para alumni kelas public speaking saya agar mereka bisa menunjukan kebolehannya sebagai pembicara sekaligus menambah jam terbang. Ide ini tidak boleh mengendap terlalu lama maka saya memutuskan untuk langsung eksekusi. 

Untuk membuat sebuah event dibutuhkan biaya, semakin besar eventnya maka semakin besar biaya yang dikeluarkan. Semakin besar biaya yang dibutuhkan maka semakin sulit untuk mendapatkan sponsor apalagi untuk sebuah program perdana yang belum terbukti. Maka saya memutuskan untuk membuat event perdana ini secara sederhana dengan target 100 peserta. Meskipun sederhana namun saya ingin acara ini memberikan manfaat yang besar bagi peserta sehingga saya mengonsep acara ini menjadi sebuah acara yang lain daripada yang lain dan belum pernah diadakan oleh motivator lain sebelumnya.

Minggu 22 November 2015 Forum Motivasi Iwel Sastra berjalan lancar dan sukses. Acaranya mulai ontime tapi selesai molor karena antusias peserta yang sangat luar biasa. Selanjutnya Forum Motivasi Iwel Sastra menjadi tumbuh menjadi event besar tergantung dari konsistensi saya membangunnya karena kunci sukses bisnis kecil tumbuh menjadi besar adalah konsistensi dalam menjalani proses untuk mencapai target yang diinginkan.

Rabu, 18 November 2015

Menang Atau Kalah Itu Tidak Biasa

Judul tulisan ini bertolak belakang dengan istilah yang sering kita dengar, “menang atau kalah itu biasa.” Ini merupakan kalimat penghibur yang bertujuan untuk memberikan motivasi kepada pihak yang bertanding bahwa menyelesaikan pertandingan lebih utama dibandingkan dengan hasil pertandingannya. Makna kalimat ini sebenarnya dorongan agar peserta dalam sebuah pertandingan bisa menang dengan terhormat menggunakan cara-cara yang sportif. Jika akhirnya kalah, tetap kalah dengan terhormat karena telah berusaha melakukan yang terbaik.
 
Fakta yang sesungguhnya, apakah benar menang atau kalah itu biasa? Sesungguhnya tidak! Yang berhasil memenangkan pertandingan tidak bisa disebut biasa, tetapi lebih tepat luar biasa. Yang kalah tidak bisa disebut biasa karena ini juga termasuk luar biasa. Lho kok luar luar biasa? Iya lah, biasanya menang, ini kok kalah, jadi diluar kebiasaan.

Dalam karir maupun bisnis kita harus menancapkan pada diri kita untuk menjadi pemenang. Tentu sebaik-baiknya pemenang adalah pemenang yang memenangkan pertandingan dengan cara yang baik dan benar. Bukan dengan cara yang curang bahkan menjatuhkan kompetiter dengan cara-cara yang kotor. Namun apabila kita sudah menancapkan target untuk menjadi pemenang namun kesempatan belum datang kita harus tetap mengobarkan semangat untuk menjadi pemenang tersebut di dalam hati sambil melakukan instropeksi. Pilah potensi yang kita miliki yang harus dipertahankan dan harus ditingkatkan.

Salah satu cara mudah untuk menjadi pemenang adalah membangun semangat kompetisi di dalam diri. Jika kita menyaksikan pertandingan sepakbola liga Inggris, maka kita akan disuguhkan sebuah pertandingan yang menarik. Apalagi jika pertandingan tersebut masuk dalam kategori “big match” maka kita akan menyaksikan permainan seru yang disuguhkan oleh pemain-pemain dari kedua klub yang bertanding. Bahkan ketika klub papan bawah seperti Sunderland berhadapan dengan Manchester United yang merupakan klub papan atas pertandingan tetap terlihat menarik. Ini disebabkan semangat kompetisi yang dibangun setiap klub ketika bertanding. Klub papan atas tetap memiliki semangat tinggi untuk memenangkan pertandingan meskipun sebagai kluib papan atas mereka diatas angin. Sementara klub papan bawah berusaha untuk mengalahkan klub papan atas karena menjadi gengsi tersendiri jika mereka bisa mengalahkan klub papan atas tersebut.

Jadilah pemenang karena menang atau kalah itu tidak biasa!

Selasa, 17 November 2015

Stand Up Everywhere RCTI

Stand Up Everywhere RCTI
Jumat 13 November 2015 saya diundang RCTI untuk tampil sebagai stand up comedian dalam acara terbaru RCTI yang berjudul Stand Up Everywhere. Dalam setiap episodenya program ini menampilkan 3 orang stand up comedian yang melakukan stand up comedy di sebuah tempat yang belum mereka ketahui sebelumnya. Mata dan telinga ditutup ketika menuju lokasi dan baru dibuka saat sudah berada di tengah penonton. 

RCTI menggarap Stand Up Everywhere dengan konsep reality show. Dalam episode tersebut saya tampil bersama dua orang stand up comedian lulusan Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV yaitu David dan Abdur. Acara ini dipandu oleh Babe Cabita yang juga stand up comedian lulusan Stand Up Comedy Kompas TV. Saya dan rekan-rekan dalam episode tersebut kebagian melakukan stand up comedy dihadapan Walikota Jakarta Barat dan jajarannya sehabis melakukan senam pagi di halaman kantor Walikota Jakarta.

Senin malam 16 November 2015 saya menyaksikan program terbaru MNCTV berjudul Komika Vaganza. Dari segi format program ini sangat mirip dengan Stand Up Comedy Show Metro TV. Menampilkan beberapa stand up comedian yang tampil secara bergantian di hadapan penonton. Di segmen terakhir para stand up comedian ini tampil bareng membawakan gimmick yang melibatkan penonton di studio. Dari segi materi beberapa stand up comedian yang tampil masih memainkan materi yang sama ketika tampil di televisi lain. Bahkan sepertinya perlu didukung penambahan suara efek tertawa di mesin editing untuk menunjang penampilan pengisi acara.

Saat ini ada lima stasiun televisi yang telah memiliki program stand up comedy diantaranya Metro TV, Kompas TV, Indosiar, MNCTV dan RCTI. Menurut saya sukses Stand Up Comedy Academy Indosiar dalam perolehan rating dan share membuat MNCTV dan RCTI ikut menayangkan stand up comedy. Padahal gaung stand up comedy di televisi sudah dimulai semenjak tahun 2011. Mungkin karena yang baru berani menayangkan adalah tv berita dan tv berjaringan sehingga tv hiburan nasional memilih posisi wait and see

Dengan semakin banyaknya televisi menayangkan program stand up comedy menjadi kabar gembira sekaligus menuntut kewaspadaan dari para stand up comedian. Kabar gembira karena stand up comedy semakin populer di masyarakat. Kewaspadaan karena stand up comedian dituntut untuk bisa selalu memberikan yang terbaik untuk pemirsa. Apabila materi yang disajikan tidak ada perkembangan dan kedodoran karena frekuensi tampil yang semakin sering bisa membuat pemirsa cepat jenuh dan bosan. Bedanya penyanyi dan stand up comedian adalah jika penyanyi menyanyikan lagu yang sama setiap kali tampil di depan penonton yang sama, penonton semakin menikmati. Sedangkan stand up comedian setiap kali tampil dengan materi yang sama di depan penonton yang sama, penonton kecewa.

Senin, 16 November 2015

Mendeteksi Orientasi Kerja Karyawan

Dalam bekerja setiap karyawan punya target masing-masing. Ada yang ingin memiliki karir cemerlang hingga mencapai posisi puncak di perusahaan. Ada yang sekadar ingin bekerja supaya memiliki penghasilan rutin. Ada yang hanya menjadikan pekerjaannya sebagai transisi sampai mendapatkan kesempatan meraih keinginan terpendam seperti menjadi entrepreneur. Bahkan, ada yang bekerja karena memang harus bekerja karena kalau tidak akan mendapat status pengangguran. 

Perusahaan harus bisa mengetahui dan memahami orientasi setiap karyawan yang bekerja di lingkungan perusahaan. Ini sangat penting untuk membuat kinerja perusahaan menjadi sehat dan untuk seleksi dalam menempatkan orang yang tepat dalam posisi strategis. Sebagai motivator dan trainer saya sering mendengar keluhan beberapa perusahaan yang menggunakan jasa saya bahwa karyawan mereka kurang motivasi. Padahal sebenarnya karyawan ini bukan kurang motivasi tapi orientasi mereka bekerja sangat berbeda dengan visi dan misi perusahaan. 

Sebenarnya kalau perusahaan memiliki sistem penilaian kinerja terhadap karyawan yang baik maka orientasi karyawan dalam bekerja sudah bisa terdekteksi sejak awal. Selain mendeteksi, perusahaan juga sebaiknya memiliki sistem 'treatment' atau perlakuan jika ada karyawan yang terdeteksi memiliki orientasi bekerja tidak seperti yang diharapkan. Perusahaan tidak bisa mengandalkan pengakuan dari karyawan mengenai motivasi mereka karena biasanya mereka akan mengatakan bersedia bekerja keras, siap bekerja di bawah tekanan serta hal lain untuk mempertahankan pekerjaan mereka.

Cara sederhana untuk mengetahui orientasi karyawan adalah dengan melakukan teknik gali samping atas. Artinya, perusahaan bertanya pada rekan yang berada satu level dengan karyawan bersangkutan. Bagaiman penilaian rekan tersebut terhadap temannya, mulai dari sosoknya secara umum, cara dia menyelesaikan pekerjaan, sampai caranya mengisi waktu luang jika tidak ada pekerjaan. Kemudian gali ke atas. Tanyakan penilaian dari atasan yang berada persis diatasnya. Bisa jadi atasan langsungnya malah selama ini juga tidak peduli dengan bawahannya. 

Agar bisa mencapai target, perusahaan harus bisa membangun tim hebat yang memiliki visi. Untuk itu mulailah dengan melakukan seleksi orientasi kerja masing-masing individu yang merupakan penyangga utama kekuatan tim.

follow @iwelsastra19

Minggu, 15 November 2015

Forum Motivasi Iwel Sastra

Selain menekuni dunia lawak dan stand up comedy, beberapa tahun terakhir saya serius menekuni dunia motivasi. Namun bukan berarti saya meninggalkan dunia stand up comedy. Saya mengolah , materi motivasi dan jokes ala stand up comedy menjadi sebuah paduan unik yang tak hanya mencerahkan tapi juga lucu dan menghibur. 

Modal saya menekuni dunia motivasi adalah pengalamannya selama 22 tahun membangun karier di dunia hiburan Indonesia yang sangat kompetitif dan masih bertahan hingga sekarang serta ditunjang dengan latar belakang pendidikan S-2 saya di bidang ilmu komunikasi.

Sebelumnya saya juga dikenal sebagai pembawa acara parodi politik. Ada beberapa alasan saya tidak menghidupakan kembali program parodi politik tersebut karena saat ini bukan lagi era asal kritik. Hal ini disebabkan perkembangan dunia media sosial yang pesat membuat siapa pun bebas dan mudah mengritik. Sekarang adalah eranya aksi dan tindakan nyata. Untuk bisa melakukan aksi, orang butuh motivasi dan inspirasi. 

Motivasi yang dibutuhkan pun motivasi yang bukan sekadar kata-kata bijak yang sifatnya menggurui tetapi motivasi yang disampaikan secara menghibur dan menyenangkan. Tidak merasa dinasehati tapi dihibur, membuat orang bisa menerima pesan motivasi dengan baik sehingga terpacu untuk segera mengaplikasikannya. 

Salah satu cara mendapatkan motivasi dan inspirasi adalah dengan mendengarkan kisah-kisah sukses dan pengetahuan yang dimiliki seorang ahli berdasarkan pengalaman dan pembelajaran. Inilah yang melatarbelakangi saya meluncurkan Forum Motivas Iwel Sastra. Melalui forum ini saya mendorong pembicara-pembicara muda untuk berbagi. Selain itu, forum ini merupakan salah satu usaha saya agar lebih banyak orang memiliki akses untuk mendapatkan motivasi dan inspirasi.

Acara ini dikemas dengan sangat menghibur karena saya selain bertindak sebagai host dan motivator, juga memfasilitasi pembicara-pembicara lain untuk berinteraksi dengan audience. Menurut pengamatan saya belum banyak acara motivasi yang dikemas dengan format seperti ini.

Nasehat S. Bagyo

S.Bagyo
Saya sangat beruntung dalam perjalanan hidup ini saya pernah belajar lawak dari maestro lawak Indonesia S. Bagyo. Tahun 1989 beberapa kali saya datang ke rumah S Bagyo di kawasan Setia Budi Jakarta Selatan. Di kediaman S Bagyo ini sering berkumpul pelawak-pelawak. Mulai dari yang belum terkenal hingga yang terkenal, mulai dari yunior hingga senior. Saya masih ingat disela-sela kesibukannya sebagai pelawak yang sangat ngetop S. Bagyo menyempatkan diri untuk berbincang dengan saya. S. Bagyo sebenarnya agak heran melihat saya yang saat itu baru berusia 16 tahun merantau ke Jakarta untuk mewujudkan mimpi menjadi seorang pelawak.

"Menjadi pelawak itu bukan hanya sekadar melawak. Selain bisa melawak kamu juga harus bisa membuat materi lawakan," nasehat S Bagyo pada saya saat itu. 

Sesaat kemudian S Bagyo melempar bungkus rokok ke meja sambil berkata "nah, ketika kamu melihat bungkus rokok ini kamu harus bisa menjadikannya materi lawakan. Apa yang lucu dari bungkus rokok ini? apa yang bisa kamu ceritakan tentang bungkus rokok ini yang bisa membuat penonton tertawa? Kalau kamu berdiri dipojok sana sambil melihat bungkus rokok ini maka seharusnya ide yang keluar berbeda ketika kamu melihat dari sudut sini."

Dari S Bagyo saya belajar bahwa pelawak di masa itu tidak hanya sekadar mengandalkan improvisasi dengan mencela lawan main seperti yang banyak dilakukan komedian sekarang ini. Melawak memerlukan proses kreatif dalam usaha membuat orang lain tertawa. Hal ini juga diperkuat oleh pelawak Ateng ketika saya sering berkunjung ke rumahnya di kawasan Gudang Peluru Jakarta Selatan tahun 1996  - 1998. Bahkan Teguh pendiri Srimulat pun mengungkapkan bahwa kekuatan dan kesuksesan Srimulat terletak pada bank naskah yang dimilikinya.

Saya pun pernah mendengar langsung dari S.Bagyo proses beliau mendapatkan ide lawakannya kemudian dibahas bersama rekan satu grupnya Diran, Darto Helm dan Sol Soleh. Pelajaran dari S Bagyo ini sangat bermanfaat dan mempengaruhi karir saya sebagai pelawak. Ini juga yang membuat saya kemudian kesulitan membentuk grup lawak karena banyak rekan saya yang lebih senang memainkan lawakan pengulangan atau bahkan mengambil materi yang sudah pernah dimainkan pelawak senior atau grup lain. 

Ketika kesulitan membentuk grup lawak ini saya ungkapkan kepada S Bagyo, beliau dengan bijak menghibur saya "jangan berkecil hati, saya yakin walau tanpa grup kamu akan jadi pelawak terkenal."

Ketika saya tertarik dengan gaya komedi Jerry Seinfeld dan Bob Hope tahun 1997 dan mengenal istilah stand up comedy tahun 1998 saya merasa inilah model komedi yang pas untuk saya tekuni. Saya sudah terbiasa dengan komedi yang mengandalkan kekuatan naskah dan stand up comedy adalah komedi yang mengandalkan kekuatan naskah.

Pernah di suatu masa saya lelah dengan karir sebagai komedian yang perkembangannya tidak sepesat rekan komedian lain. Selain berdoa kepada Tuhan, hal lain yang memperkuat semangat saya adalah motivasi dari S. Bagyo "saya yakin walau tanpa grup kamu akan jadi pelawak terkenal."

Rabu, 11 November 2015

Testimoni Berimbang

Selain memberikan training dan motivasi di berbagai perusahaan saya juga sering mengadakan training public speaking untuk umum. Biasanya saya mempublikasikan jadwal training public speaking ini melalui akun sosial media saya. Training public speaking yang saya adakan formulanya berbeda dengan training public speaking yang diadakan oleh trainer lain. Saya memadukan pengalaman saya selama lebih 20 tahun berkecimpung di dunia public speaking dengan pengetahuan akademis mengenai public speaking yang saya pelajari di bangku kuliah. Saya memformulakan selama 7 jam peserta mengikuti training mereka sudah bisa mempraktekan langsung dan merasakan perubahan kemampuan yang sangat signifikan dalam berbicara di depan publik.

Rekan saya pernah menanyakan kenapa dalam mempromosikan training public speaking saya tidak membuat brosur yang memuat testimoni dari para alumni training saya. Rekan ini tahu bahwa beberapa alumni training saya adalah trainer, public speaker, artis, model, komedian, entrepreneur, manajer hingga CEO. Dengan memuat testimoni para alumni ini tentu bisa memancing banyak orang lain ikut training saya. Menjawab pertanyaan rekan tersebut saya menyebutkan 2 alasan saya kenapa tidak pernah memuat testimoni alumni dalam brosur maupun materi promosi.

Pertama, saya menganggap publikasi jadwal training yang saya lakukan melalui sosial media bukanlah promosi melainkan ajakan bagi yang serius ingin memperdalam dan meningkatkan kemampuan public speakingnya untuk ikut training saya. Jadi biasanya yang ikut training saya adalah mereka yang benar-benar serius ingin memperdalam dan meningkatkan kemampuan mereka berbicara di depan publik.

Kedua, menurut saya testimoni itu harus berimbang. Rasanya kurang fair kalau saya hanya memuat pernyataan dari alumni yang dianggap sukses dalam menguasai public speaking. Padahal kemampuan yang dimilikinya tidak semata-mata hanya karena ikut training saya melainkan didukung oleh kerja keras dan semangat berlatih yang dimilikinya. Saya hanya memberi dorongan dengan pengetahuan teori, teknik dan pengalaman yang saya miliki. Ada beberapa trainer dan motivator yang suka memuat kisah sukses peserta trainingnya. Akan tetapi, bagaimana dengan peserta training lain yang belum merasakan manfaat yang mungkin jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan yang sukses. 

Kesimpulannya untuk training dan motivasi yang saya lakukan, saya memutuskan untuk tidak meminta testimoni dari peserta yang kemudian saya jadikan sebagai materi promosi. Saya bersyukur apabila ada yang mendapatkan manfaat dari pelatihan yang saya adakan. Jika belum, saya mendoakan semoga suatu saat itu tetap bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat dan berharga bagi hidupnya.

Stand Up Comedy Show Metro TV

Stand up comedy semakin populer di Indonesia apalagi sejak Indosiar menayangkan Stand Up Comedy Academy. Sebelumnya, format kompetisi stand up comedy sudah dimulai Kompas TV lewat Stand Up Comedy Indonesia. Sementara itu, Metro TV sudah lebih dulu menayangkan program stand up comedy lewat Stand Up Comedy Show. Dari ketiga program stand up comedy yang ditayangkan oleh tiga stasiun televisi ini, saya beranggapan Stand Up Comedy Show yang ditayangkan Metro TV adalah format paling ideal untuk program stand up comedy. 

Alasan saya, Stand Up Comedy Show langsung menampilkan 3 orang comic (ketika durasi 30 menit) dan 5 comic (ketika durasi 1 jam). Ini membuat stand up comedy menjadi terlihat berbeda dengan program komedi yang sudah ada di Indonesia selama ini. Kompas TV yang mengusung format kompetisi menyelingi stand up comedy dengan gimmick komentar juri, celetukan pembawa acara serta beberapa gimmick lain. Indosiar malah terkesan menjadikan stand up comedy hanya sebagai tempelan. Porsi lucu lebih banyak diambil alih oleh interaksi pembawa acara, juri dan mentor yang melibatkan comic dalam berbagai gimmick. Materi yang ditampilkan comic membuat bias antara stand up comedy dengan lawak karena tujuannya hanya mengejar tawa penonoton dengan mengabaikan standarisasi stand up comedy. Bahkan belakangan, berlindung di balik istilah roasting, program ini malah mengandalkan celaan untuk memancing tawa.

Dengan hadirnya Stand Up Comedy Academy Indosiar harus diakui pamor Stand Up Comedy Show Metro TV menjadi tengelam. Ini wajar karena Indosiar merupakan TV hiburan dengan jangkauan luas dan menayangkannya dengan sistem stripping (setiap hari). Seharusnya hal ini bisa tidak terjadi jika sejak awal pemunculan Stand Up Comedy Show Metro TV sudah dilakukan antisipasi dengan membangun audience. Setahun setelah program Stand Up Comedy Show tayang, program ini makin tidak memiliki seleksi yang ketat terhadap comic yang tampil. Hal ini membuat program stand up comedy yang ditayangkan metro tv menjadi tidak berkelas. 

Penikmat stand up comedy Metro TV akhirnya hanya datang dari anggota dan penggemar komunitas stand up comedy. Pemirsa setia Metro TV yang terbiasa dengan program-program Metro TV yang elegan menjadi berjarak dengan Stand Up Comedy Show. Selain itu, materi-materi comic yang tampil di program tersebut juga nyaris seragam, seperti mencela diri sendiri, ngomongin ibunya, ngomongin pacar. Sangat sedikit comic yang materinya mengangkat current issue atau satir politik yang merupakan menu utama Metro TV sebagai tv berita.

Akibatnya ketika Stand Up Comedy Academy  Indosiar tayang, langsung mengembosi Stand Up Comedy Show karena beberapa comic, mentor dan juri yang tampil di Stand Up Comedy Academy Indosiar pernah tampil di Metro TV. Gaya materi yang ditampilkan comic tersebut pun nyaris sama dengan gaya comic kebanyakan yang tampil di Stand Up Show Metro TV. Jika saja sejak awal Metro TV lebih selektif dan memiliki standar terhadap comic dan materi yang ditampilkan, maka Stand Up Comedy Show Metro TV yang merupakan format ideal sebuah program televisi stand up comedy bisa menjadi harapan sebagai etalase stand up comedy yang sesungguhnya.

Minggu, 08 November 2015

Menjadi Karyawan Bintang

Ketika seseorang mulai bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan, maka saat itu juga ia bisa membuat keputusan, apakah akan menjadi karyawan biasa atau karyawan bintang. Yang berprofesi sebagai karyawan dan memutuskan untuk menjadi karyawan biasa maka tidak perlu lagi meneruskan membaca artikel ini. Hanya buang waktu, he he he. Sementara yang ingin menjadi karyawan bintang maka teruslah membaca artikel singkat ini. Artikel ini singkat bukan berarti panjang. Ya iyalah…, wkwkwk.

Untuk menjadi karyawan bintang, berikut beberapa hal yang harus Anda perhatikan dan lakukan.

1. Niatkan diri Anda bahwa Anda ingin menjadi karyawan bintang. Niat ini sangat penting untuk mengokohkan visi dan tujuan dalam bekerja. Niat ini menjadi pendorong kita setiap hari untuk bisa mewujudkan target.

2. Tingkatkan kualitas diri. Jangan cepat berpuas diri dengan kemampuan yang dimiliki. Carilah waktu untuk bisa mengevaluasi kemampuan diri sendiri. Apakah ada ilmu yang belum dikuasai dan harus segera Anda kuasai. Apakah ada kemampuan (skill) yang harus segera Anda miliki untuk mempermudah Anda dalam bekerja.

3. Selalu berikan yang terbaik. Apa pun yang Anda kerjakan, baik pekerjaan yang menjadi tugas Anda, sekadar menolong rekan kerja atau bahkan diminta atasan untuk mengerjakan sesuatu yang bukan tugas Anda, berikanlah yang terbaik.

4. Sabar menjalankan proses. Jangan cepat menyimpulkan apa yang telah Anda lakukan sia-sia apabila dalam waktu tertentu Anda belum mendapat penghargaan dari atasan maupun perusahaan atas dedikasi yang telah Anda lakukan. Jangan sampai hal ini menyurutkan semangat Anda untuk menjadi karyawan bintang. Jalani proses dengan senang hati.

5. Lengkapi dengan doa. Ingatlah untuk selalu berdoa kepada yang Kuasa. Semoga apa yang Anda lakukan bermanfaat untuk diri sendiri, perusahaan dan orang banyak. Segala doa kebaikan akan kembali kepada diri kita. Berdoalah semoga diberi kekuatan dan ketekunan dalam mencapai impian untuk menjadi karyawan bintang.

Jika Anda melakukan 5 hal ini, selain mempermudah Anda berprestasi dalam pekerjaan, juga akan memberikan energi prositif bagi diri sendiri. Energi positif ini pasti akan membuat Anda semakin mencintai pekerjaan sehingga Anda selalu bahagia dalam bekerja. Bahagia membuat pikiran tenang dan tubuh menjadi sehat. 

Iwel Sastra
Komedian, Trainer & Motivator
Informasi training & motivasi : hubungi Cici 08176655874
follow twitter @iwelsastra19     Instagram @iwelsastra

Komedi Observasi

Penampilan saya sebagai stand up comedian sangat dipengaruhi oleh Jerry Seinfeld. Maka tak heran, sama halnya dengan Jerry Seinfeld saya memilih observasi sebagai gaya humor. Gaya observasi secara sederhana adalah membahas segala hal yang bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari dari sudut pandang seorang stand up comedian. Mengidolakan Jerry Seinfeld bukan berarti saya tidak mempelajari gaya, materi dan penampilan stand up comedian lain seperti George Carlin, Chris Rock, Bill Hicks, Billy Crystal, Jay Leno dan lainnya.

Jerry Seinfeld seperti yang dikutip dari nypost.com edisi 17 April 2014 adalah master komedi observasi. Sebelumnya sebuah artikel yang dimuat nytimes.com edisi 23 Desember 2012 mengutip pernyataan Judd Apatow, sutradara yang banyak menyutradarai film komedi seperti Knocked Up, This Is 40, Trainwreck dan banyak lainnya. Apatow menyebutkan “from the get-go he was the greatest observational comedian who ever lived — nobody was, or is, as funny as him.” Saya sengaja tidak menerjemahkan pernyataan Apatow karena saya kesulitan menerjemahkan kata “greatest” ke Bahasa Indonesia yang pas. Nanti kalau saya terjemahkan terhebat, terkeren, terbesar, dibilang lebay karena saya memang sangat mengidolakan Jerry Seinfeld.

Komedi observasi sangat dekat dengan satir politik. Maka materi humor saya juga sering bersinggungan dengan politik. Selama 6 tahun menjadi host acara parodi / talkshow politik saya terbiasa memainkan humor politik. Komedi observasi juga dekat dengan komedi topikal. Saat tampil rutin stand up comedy di acara Bincang Bintang RCTI saya sering memainkan komedi topikal. Bedanya observasi dan topikal adalah observasi menjadikan sudut pandang comic terhadap suatu hal sebagai setup sedangkan topikal biasanya menjadikan berita atau artikel media massa sebagai setup.

Dalam memainkan materi topikal, saya bisa disebut sebagai comic pertama di Indonesia yang memasukan nama tokoh secara jelas dalam materi stand up comedy saya. Sebagai contoh, berikut  materi yang saya mainkan ketika siaran lansung acara Bincang Bintang RCTI tahun 2005.

Saya salut dengan Presiden SBY yang mengatakan siap tidak populer karena menaikan harga BBM. Tadinya sebagai rasa simpati, saya akan mengirimkan bunga kepada Presiden (setup)
Tapi tidak jadi karena ongkos kirimnya naik (punchline)

Humor ini selain mengundang tawa juga berisi sindiran. Biasanya pasca kenaikan BBM harga barang-barang naik, termasuk tarif transportasi.

Kalau dilihat kembali koleksi materi stand up comedy saya maka akan terlihat saya konsisten memainkan materi observasi. Tentang bajaj, sepakbola, film, rokok, makan di restoran, demonstrasi, dan banyak lainnya. Inilah  mungkin yang menyebabkan stand up comedy oleh beberapa kalangan disebut sebagai komedi cerdas karena comicnya dalam membuat materi perlu melakukan observasi terlebih dahulu dan penontonnya harus rela menertawakan diri sendiri atau situasi yang menimpanya. 

Stand up comedy bukan hanya sekadar membuat orang tertawa. Kalau tujuannya hanya membuat orang tertawa maka cukup mencela diri sendiri, mencela orang lain atau berakting blo`on yang sudah dijamin pasti bikin tertawa. Tertawa tanpa isi. Padahal stand up comedy adalah comedy with substance.

Rabu, 04 November 2015

Memilih Motivator

Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja karyawan adalah mengundang motivator untuk memberikan motivasi pada karyawan. Saya pernah mendengar beberapa direksi atau pimpinan perusahaan mengeluh. Selama ini motivasi yang diberikan oleh motivator tidak memiliki dampak pada karyawan. Bahkan tak jarang ada yang bercerita, penampilan motivator yang diundang tidak berhasil menarik minat karyawan. Hal ini terlihat dari banyaknya karyawan yang keluar ruangan di saat sesi motivasi sedang berlangsung.

Saya memilih menjadi pendengar yang baik saat mendengar cerita atau keluhan seperti ini karena rasanya tidak etis jika saya ikut mengomentari motivator lain. Yang saya lakukan adalah, keluhan itu saya jadikan masukan dan motivasi bagi saya untuk bisa memberikan yang terbaik saat memberikan motivasi. 

Untuk perusahaan yang ingin mengundang motivator, saya memiliki tips untuk mencegah hal seperti di atas terjadi. Sebelum mengundang motivator ada tiga hal yang harus diperhatikan perusahaan.

Pertama, perusahaanlah yang lebih memahami karyawannya sehingga perusahaan lebih paham apa yang dibutuhkan oleh karyawan. Perusahaan harus mencari tahu dulu faktor-faktor apa saja yang menghambat semangat karyawan serta menurunnya kinerja mereka. Apakah suasana kerja, masalah komunikasi internal, atau banyak karyawan yang sedang mengalami masalah pribadi, dan lain-lain.

Kedua, berdasarkan temuan ini perusahaan merangkumnya menjadi sebuah kesimpulan akan motivasi apa yang dibutuhkan oleh karyawannya. Apakah motivasi yang dibutuhkan lebih dari sisi komunikasi, kerja tim atau spiritual. Bisa saja masalah yang ditemukan dari sekian banyak karyawan sangat kompleks. Jika seperti ini maka sisi yang perlu dimotivasi variannya jadi sangat beragam. Namun dari varian yang sangat beragam tersebut tetap bisa ditemukan benang merah yang bisa merangkul semua itu.

Ketiga, berdasarkan poin pertama dan kedua bisa diputuskan kriteria motivator yang bisa mengakomodir berbagai persoalan yang sedang dihadapi oleh karyawan. Berikan semua informasi tersebut kepada sang motivator untuk digunakan menjadi dasar membuat materi motivasi. Dengan begitu, motivasi yang disampaikan bisa benar-benar efektif dan memiliki dampak karena karyawan mendapatkan apa yang dia butuhkan.

Stand Up Comedy Bukanlah Lawak Tunggal

Semenjak Metro TV, Kompas TV dan sekarang Indosiar menayangkan program stand up comedy maka istilah stand up comedy semakin akrab ditelinga masyakarat. Sayangnya popularitas stand up comedy tidak diikuti dengan informasi yang benar kepada masyarakat mengenai stand up comedy. Bahkan terkesan ada upaya untuk mengaburkan istilah stand up comedy dengan menyebutkan bahwa stand up comedy sama dengan lawak tunggal. Harus diingat stand up comedy merupakan komedi impor.

Perbedaan yang sangat mendasar adalah stand up comedy memiliki pakemnya sendiri. Pakem yang paling mendasar adalah stand up comedy merupakan rangkaian joke singkat dan padat. Terdiri dari dua rumus wajib yaitu setup dan punchline. Serta didukung oleh beberapa teknik lain yang mendukung penampilan seorang stand up comedian seperti delivery, act out, dan lain-lain. Semua buku yang menulis tentang teori dasar stand up comedy baik yang ditulis oleh Judy Carter, Greg Dean, Jay Sankey dan lain-lain sepakat dan tidak ada perdebatan mengenai teori dasar ini.

Sementara lawak tunggal meskipun sama-sama dimainkan oleh seorang komedian tidak dibatasi oleh pakem seperti stand up comedy. Lawak tunggal salah satu bentuk komedi lokal Indonesia yang dirintis dan dipopulerkan oleh pelawak Indonesia seperti Bing Slamet, Eddy Sud, Ateng, Iskak, S Bagyo, Otong Lenon, Otong Lalo, Pepeng, Krisna Purwana, Nana Krip dan pelawak lainnya. Meskipun dikemudian hari para pelawak tunggal ini memutuskan untuk menjadi pelawak grup dengan membentuk grup lawak. Tidak ada pembatasan materi pelawak tunggal sehingga mereka boleh menceritakan anekdot, membaca puisi humor, bermain musik, sulap atau atraksi lainnya yang mengundang tawa.

Dari prinsip dasar ini saja sudah terlihat jelas perbedaan stand up comedy dan lawak tunggal. Stand up comedy adalah komedi yang kita impor dari negara lain jadi sebaiknya kita perlakukan sebagaimana diperlakukan di negara asalnya.

Senin, 02 November 2015

Memotivasi Diri Sendiri

Sebagai seorang pakar motivasi selain memotivasi orang lain saya harus bisa memotivasi diri sendiri. Setiap hari dalam kehidupan, saya selalu memotivasi diri. Saya mempunyai catatan target akan beberapa hal yang harus diwujudkan. Diantaranya merupakan target jangka pendek, menengah dan panjang. Diantara target-target tersebut ada yang berjalan mulus ada juga yang tersendat-sendat. Yang berjalan mulus tidak membuat saya cepat berpuas hati dan terlena. Yang tersendat-sendat tidak membuat saya patah semangat. Justru itu menjadi tantangan bagi diri saya untuk bisa menghadapinya.

Beberapa target tersebut berhubungan dengan profesi saya sebagai seorang pakar motivasi. Saya memang lebih senang disebut sebagai pakar motivasi karena kalau pakar motivasi menunjukan keahlian di bidang motivasi. Sedangkan motivator lebih kepada profesi yang mungkin pelakunya belum tentu ahli dalam bidang motivasi, he he he. Maklumlah profesi motivator sekarang menjadi salah satu profesi yang banyak diminati orang karena diduga profesi motivator hanya modal cuap-cuap doang.

Kembali ke soal target saya sebagai pakar motivasi. Target saya diantaranya ingin program motivasi saya yang disiarkan di radio Sindo Trijaya setiap Kamis malam jam 22.00 WIB bisa menjadi program radio populer yang memberikan manfaat dan didengar jutaan pendengar. Selain itu, saya ingin produktif dalam menulis sehingga buku-buku motivasi saya terbit secara berkala dan menjadi mega best seller. Jika selama ini selama bertahun-tahun saya menjadi host televisi untuk program parodi politik maka sekarang target saya adalah memiliki program motivasi di televisi. 

Tujuan saya memiliki program motivasi di televisi adalah untuk menyediakan alternatif program yang mencerahkan kepada pemirsa ditengah banyaknya kritik terhadap program-program televisi saat ini. Kedua, televisi menjangkau pemirsa yang luas sehingga motivasi saya bisa dinikmati oleh banyak orang. Untuk mewujudkan hal ini maka saya tidak bisa hanya ongkang-ongkang kaki menunggu kesempatan datang. Saya harus memotivasi diri saya dan action bekerja agar bisa mewudjukan semua itu. Daripada menunggu kesempatan lebih baik menjemput kesempatan.

Saat ini saya sering diundang oleh berbagai perusahaan untuk memberikan motivasi dan training dalam hal meningkatkan kinerja dan semangat karyawan mereka dari level bawah hingga pimpinan. Saya pun selalu bisa memotivasi dengan hati karena apa yang saya sampaikan adalah hal yang telah saya lakukan. Maka saya percaya saya bisa mewujudkan semua target saya dengan segera.

Stand Up Larut Malam

Tahun 2004 ketika saya mengisi segmen stand up comedy untuk acara Jayuz Pliss Dong Ah yang ditayangkan oleh TV7 (Trans7) saya protes kepada produser mengenai waktu suting yang hingga larut malam. Bayangkan, pengisi acara dan penonton diminta stand by di studio sejak jam 11 siang. Sementara suting baru dimulai jam 11 malam. Bahkan saya baru dapat giliran tampil di atas jam 12 malam. Sulit mendapatkan penampilan yang maksimal di saat tubuh sudah lelah dan mengantuk di hadapan penonton yang juga sudah lelah dan mengantuk.

Pertengahan Oktober 2015 saya mendapat telepon dari Indosiar diminta untuk menjadi bintang tamu stand up comedy academy. Setelah dicocokan dengan jadwal saya, maka saya mendapat jadwal taping Selasa 27 Oktober 2015. Sebenarnya saya enggan untuk menerima tawaran ini karena beberapa kali saya sempat menyaksikan acara ini dan saya berkesimpulan penonton yang hadir di studio bukanlah penonton saya. Mereka adalah penonton yang sudah terbiasa dengan model lawakan Soimah, Eko Patrio, Gading Martin dan Andika. Tak heran jika durasi penampilan comic di program tersebut kalah panjang dibanding durasi becandaan pembawa acaranya dan juri. Sebagai orang yang sudah lama berkecimpung di dunia televisi saya sangat memaklumi ini adalah strategi untuk mengolah rating dan share.

Dengan tujuan penghormatan untuk dunia stand up comedy dan bersilaturahmi dengan comic lain maka saya menerima tawaran untuk menjadi bintang tamu. Sempat saya berpikir untuk lebih menampilkan becandaan dalam bentuk celaan dalam materi saya. Namun niat ini saya urungkan karena saya pernah mendapat kritikan dari beberapa teman dan penggemar ketika saya tampil di Metro TV membawakan materi seperti ini. Menurut mereka saya menurunkan strandar materi saya untuk mengejar lucu. Maka saya putuskan untuk memainkan materi tentang sepakbola yang sudah terbukti sukses mengundang tawa ketika saya mainkan di banyak panggung off air.

Sebelum tampil saya sempat diskusi dengan Eko Patrio. Saya mengungkapkan bahwa penonton studio yang saya hadapi adalah penonton Eko dan Sohimah. Apa pun yang diucapkan Eko dan Sohimah mereka pasti tertawa. Eko mengamini pendapat saya sambil mencontohkan beberapa materi lawakan yang bisa membuat penonton tertawa. Yaitu materi celaan yang didukung dengan ekspresi dan act out yang kuat.

Saya diminta stand by jam 10 malam, saya berasumsi saya akan naik sekitar jam 11 malam. Menurut saya ini masih wajar karena ketika tahun 2005-2006 saat tampil live stand up comedy di acara Bincang Bintang RCTI saya pernah kebagian tampil jam 11 malam jika program sebelumnya, Indonesian Idol memanjang durasinya 

Di luar dugaan, saya baru dapat giliran tampil jam 01.45 dini hari. Tampil dengan mata mengantuk dan lelah di hadapan penonton yang mengantuk dan lelah. Bahkan ada beberapa penonoton yang berada di barisan tengah sudah tertidur pulas. Saya sendiri tidak berharap banyak dengan penampilan saya sendiri selain ingin segera menyelesaikannya. 

Sepanjang karir saya sebagai stand up comedian ini pengalaman pertama tampil dini hari. Saya pernah membawakan acara sahur yang tayang jam 3 dini hari, tapi tentu situasinya berbeda. Khusus acara sahur, pengisi acara maupun penonton di studio sudah siap untuk on camera jam 3 pagi. Berbeda dengan menunggu jadwal tampil hingga 4 jam dan tampil dini hari di hadapan penonton yang sudah lemas dan terkantuk-kantuk.

Saya Tidak Pernah Ngebomb

Dalam obrolan santai saya dengan Sammy, maksud saya benar-benar santai karena ngobrolnya sampe tiga jam lebih, saya bilang kalau saya merasa tidak pernah ngebomb selama jadi comic. Saya hanya pernah salah pakai strategi saat tampil.

Sammy, sahabat saya sesama comic yang juga mantan ketua StandUp Indo ini tidak sependapat dengan saya. "Kalo ngebomb ya ngebomb aja," katanya lugas.
Pendapat Sammy ini mengingatkan saya pada pendapat Steve Roye, seorang pelatih comic professional.
"No Matter what a comedian does in stage or their style in which they do it, bombing is bombing and killing is killing," begitu tulis Roye di website miliknya, www.realfirststeps.com

Sebelum lanjut soal ngebomb, saya mau berbagi kisah Maroon 5 dulu ya. Hari gini siapa yang ga kenal Maroon 5? Dimana pun Maroon 5 konser di belahan bumi ini pasti penontonnya ribuan dan konser mereka jaminan sukses.

Pada 9 Mei 2012, band pemenang Grammy Award ini dapat gigs di ballroom sebuah resort mewah di Las Vegas. Mereka menjadi band yang membuka sebuah acara amal bergengsi di Amerika. Keren? Pasti!

Tapi apa yang terjadi? Penampilan mereka disambut biasa saja. Ga ada penonton yang berjubel di depan panggung yang semangat ikut nyanyi. Ga ada teriakan histeris cewek-cewek manggil-manggil Adam Levine, vokalisnya yang seksi itu. Ga ada tepuk tangan membahana apalagi teriakan "we want more". Sepi, dingin, anyep.

Penonton yang ada saat itu hanya berusaha sopan dengan melihat ke arah panggung sambil senyum-senyum. Tidak sedikit penonton yang tetap sibuk dengan gadget masing-masing. Bahkan di antara penonton ada yang sambil bercanda dan berbisik, mereka harus googling dulu untuk tahu siapa sebenernya band yang sedang tampil.

Hampir menyerah menghadapi situasi ini, di panggung Adam Levine bercanda ke pemain drumnya yang sampai jadi lemas memainkan drum karena situasi yang kurang mengenakkan itu. Pada drummernya Levine bertanya, kemana nih cewek-cewek malam ini? Kemudian terdengar sedikit teriakan. Menanggapi teriakan itu Levine berkomentar, wah artinya memang lebih banyak cowok disini malam ini. Bukan rasio yang bagus kata Levine lagi sambil tertawa pahit.

Penonton di Las Vegas malam itu memang lebih banyak laki-laki. Rata-rata mereka berprofesi sebagai pengelola investasi global yang secara usia memang sudah matang kalau tidak mau dibilang tua. Sehari-hari mereka menganalisis situasi makro ekonomi, geo politik dan mengelola aset perusahaan dunia.

Kalau dalam istilah stand up comedy, apakah kita bisa menyebut Maroon 5 ngebomb? Kalau kita bilang Maroon 5 ngebomb, apakah itu artinya kita lantas bisa dengan segera mencap mereka sebagai band yang jelek dengan lagu-lagu yang jelek juga?

Sebagai seorang stand up comedian, apalagi kalau masih baru nyemplung jangan pernah mengatakan kalau kita ngebomb saat tidak berhasil bikin penonton tertawa. Jangan langsung memvonis diri sendiri bahwa kita ngebomb karena itu sama saja kita membunuh motivasi diri kita sendiri.

Saya sempat baca curahan hati beberapa teman comic baik di twitter atau di blognya yang merasa kariernya di stand up comedy hancur karena ngebomb. Bahkan sampe ada yang galau bimbang dilema apakah harus terus melakukan stand up atau sama sekali melupakan dan meninggalkan stand up comedy hanya gara-gara ngebomb.

Saat naik panggung dan menghadapi audience, setidaknya ada dua hal yang sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya penampilan kita. Pertama, selera penonton. Sayangnya, agak sulit jika kita berharap bisa mengubah selera penonton apalagi hanya dalam waktu sekejap penampilan kita. Selera sifatnya sangat subyektif dan personal. Kalau sudah begini, tips saya cuma satu. Tetap tenang, pakai kacamata kuda dan selesaikanlah gigs dengan total sampai akhir.

Kedua, seperti yang juga dihadapi Maroon 5 dalam cerita diatas, adalah soal referensi. Akan sangat sulit seorang comic melucu tentang suatu hal yang tidak diketahui oleh penontonnya. Di kasus Maroon 5 di atas, referensinya adalah maroon 5 sebagai artis dan lagu-lagu mereka. Dalam kasus stand up comedy, referensi juga mencakup materi.

Misalnya, saya sangat sering menggunakan gaya topikal yang mengandalkan berita di surat kabar atau media online sebagai set up. Bagaimana penonton bisa tertawa jika mereka tidak tahu berita yang saya bawakan. Ketidaktahuan ini tentu membuat penonton sulit memahami konteks dan letak lucu dari jokes yang saya bawakan. Referensi juga misalnya, saya membawakan jokes tentang peliknya kehidupan rumah tangga di depan para jomblo.

Ada jurus dasar dalam ilmu public speaking yang sering diremehkan. Namun dalam penampilan stand up, jurus ini harus dikuasai oleh seorang comic. Jurus ini adalah "know your audience". Oleh karena artikel ini sudah cukup panjang, di lain waktu saya akan mencoba membahas jurus ini di artikel lain. Jurus ini memang kesannya remeh tapi banyak yang bisa dikupas lebih dari sekadar mengetahui jenis kelamin dan pekerjaan penonton kita.

Saya sendiri belum berhasil "pecah" kalau audience saya anak alay. Padahal materi yang sama sudah saya uji coba di hadapan penonton mulai dari bapak-bapak pejabat, ibu-ibu sosialita, komunitas entrepreneur, profesional, karyawan, mahasiswa bahkan tukang parkir, satpam & petugas kebersihan yang menegur saya di berbagai situasi.

Kira-kira kalimat-kalimat semacam ini yang sering dilontarkan ke saya. "Wah saya suka sama lawakan bang iwel yang .... itu lucu banget tuh", "Bisa aje nih bang iwel ngelucunye", "Mas iwel deh, lucunya tajem", dalam hati saya berpikir... pisau kali ah tajem.

Kunci berhasil atau gagalnya penampilan seorang comic adalah memahami audience. Caranya? sepuluh ribu jam terbang di panggung yang beragam. open mic tiap minggu di tempat yang sama di depan teman-teman yang sama yang jangan-jangan tidak lebih paham stand up comedy dari kita sendiri, buat apa?

Untuk kasus tampil di depan anak alay akhirnya saya berpikir, mereka bukanlah market saya. Untuk segmen seperti ini materi yang biasanya dianggap lucu jika
menjelekan diri sendiri atau orang lain. Jadi saya tidak merasa perlu mengubah gaya stand up comedy saya yang sudah ajeg bentuknya.