Kamis, 10 Desember 2015

Harga Teman Dan Profesionalisme

Meme yang Beredar Di Media Sosial
Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah meme yang menarik perhatian saya. Bunyi meme tersebut "Friends will ask for discount prices. True friends will pay full price, to support you, your time and your work" Artinya, teman akan meminta harga diskon. Teman sejati akan membayar harga penuh untuk mendukung Anda, waktu dan pekerjaan Anda. Meme ini mengingatkan saya pada salah satu bab berjudul "Profit, Benefit dan Pahala" dalam buku Motivaction: Mimpi atau Mati yang saya tulis. Dalam buku saya mengkritisi mereka yang tidak menghargai karya dan profesionalisme dalam bentuk harga yang pantas.

Selama 22 tahun berkarir sebagai komedian dan pembawa acara serta beberapa tahun terakhir menekuni dunia training dan motivasi, saya seringkali mengalami hal terkait dengan harga dari jasa yang saya berikan. Seorang teman lama yang mengetahui saya sekarang juga dikenal sebagai motivator menghubungi dan menanyakan tarif saya sebagai motivator. Saya menyebutkan sejumlah angka serta durasi tampil. Teman itu dengan santai bilang kalau harga saya kemahalan kemudian meminta diskon yang sangat besar. Menyikapi hal ini saya hanya tersenyum dan mengatakan kepadanya, apabila kemahalan tidak usah dipaksakan. Sikap saya ini bukanlah sikap sombong tapi sikap profesional agar profesi, kerja keras dan jasa saya dihargai.

Menurut saya, yang dilakukan teman dengan meminta diskon adalah hal yang wajar. Sesuai dengan apa yang ditulis meme diatas "friends will ask for discount prices" he he he. Ada yang lebih parah. Seringkali seseorang yang merasa berteman dengan saya meminta saya untuk menjadi pengisi acara dalam sebuah event tanpa menyebutkan berapa honor yang saya terima untuk jasa yang saya berikan. Biasanya setelah acara orang tersebut akan menyodorkan amplop kepada saya. Tentu saja isi amplop tersebut berdasarkan penafsiran orang itu dalam menghargai jasa yang saya berikan. Menurut saya ini aneh dan tidak profesional. Orang membayar jasa saya berdasarkan ketentuannya sendiri. Coba sama-sama kita bayangkan, ketika kita berobat ke dokter apakah setelah dokter memeriksa dan memberi resep lalu kita bisa seenaknya membayar biaya pengobatan berdasarkan penafsiran kita sendiri? Di kasir supermarket, apakah boleh membayar belanjaan kita yang jumlah pembayarannya berdasarkan kemauan kita sendiri?

Ahmad Gozali, seorang perencana keuangan syariah menyebutkan segala sesuatu akadnya harus jelas. Itulah cara berbisnis yang Islami. Oleh karena itu, sekarang saya menyerahkan segala hal yang menyangkut tarif jasa kepada orang lain. Saya tidak menyebutnya manager tapi juru bicara yang bertugas membicarakan masalah harga jasa saya. Saya sendiri mempraktekan ini kepada orang lain. Saat saya butuh jasa rekan yang berprofesi sebagai pembawa acara, komedian atau motivator untuk tampil di event yang saya buat, saya selalu mengomunikasikan masalah harga di awal. Jika memang cocok, baru jalan.