Foto : ET Hadi Saputra |
Di penghujung tahun 1997 saya memutuskan untuk solo karir di dunia lawak
Indonesia. Keinginan ini muncul karena dari tahun 1989 hingga 1997 saya selalu
gagal membentuk grup lawak. Penyebab kegagalan ini lebih sering disebabkan
karena perbedaan fokus antara saya dengan rekan. Saya fokus ingin menjadikan
pelawak sebagai profesi, sedangkan teman-teman lebih banyak yang menjadikan ini
sebagai kerjaan sampingan. Ini berdampak kepada komitmen ketika latihan dan
menerima tawaran manggung.
Terakhir tahun 1997 saya sempat satu grup dengan Tukul Arwana, bahkan kami
sempat tampil dalam program Opera Sabun Mandi yang ditayangkan SCTV sebanyak 26
episode. Saya berpisah dengan mas Tukul bukan karena perbedaan prinsip,
melainkan karena kesempatan yang hinggap pada mas Tukul. Pasca membintangi
video klip Joshua, tawaran demi tawaran berdatangan untuk mas Tukul. Saya tentu
tidak mau menghalangi rezeki mas Tukul.
Saya sempat berpikir untuk meninggalkan dunia lawak untuk mulai meniti
karir sebagai pengacara atau pengusaha. Keinginan ini saya urungkan ketika saya
dipenghujung tahun 1997 saya menyaksikan sitkom Seinfeld dan film dokumenter
yang memperlihatkan Bob Hope sedang menghibur tentara Amerika yang sedang
bertugas di Vietnam. Saya kemudian memutuskan untuk mencoba solo karir.
Tahun 1998 saya bercerita kepada sahabat saya Diaz Hendropriyono keinginan
saya untuk fokus meniti karir seperti pelawak Amerika Jerry Seinfeld dan Bob
Hope. Diaz memberi tahu saya bahwa di Amerika itu disebut stand up comedy. Jadilah sejak saat itu saya mulai memproklamirkan
diri sebagai stand up comedian. Diaz
yang sekolah di Amerika ini pulalah yang kemudian mengirimkan saya berbagai VCD
penampilam stand up comedian Amerika. Saya kemudian mulai mempelajari stand up comedy yang ternyata mempunyai aturan-aturan tersendiri.
Setelah enam tahun berjuang mempopulerkan stand up comedy, 6 Maret 2004 saya mengadakan pementasan stand up comedy pertama Indonesia di
Gedung Kesenian Jakarta. Pertunjukan ini mendapat pemberitaan yang positif dari
berbagai media. Perlahan masyarakat Indonesia mulai mengenal stand up comedy.
Stand up comedy sendiri
kemudian semakin popular tahun 2011 seiirng dengan berkembangnya sosial media
seperti youtube dan twitter. Saya menilai kedua sosial media ini berperan dalam
membuat stand up comedy bisa lebih
mudah dikenal masyakarat. Ditambah Metro TV dan Kompas TV kemudian menayangkan
program stand up comedy.
Seiring dengan semakin populernya stand
up comedy, tahun 2012 yang lalu saya sebenarnya ingin mengadakan kembali
show tunggal stand up comedy. Niat
ini tertunda karena saya sedang fokus menyelesaikan buku perdana saya Motivaction:
Mimpi atau Mati! yang kemudian diterbitkan Noura Books pada Mei 2013.
Seiring dengan terbitnya buku tersebut saya mulai memperkenalkan stand up motivation yaitu menggabungkan stand up comedy dan motivasi. Efek buku
ini sangat luar biasa, saya banyak memenuhi undangan sebagai stand up motivator. Sehingga rencana
untuk pementasan tunggal stand up comedy
kembali tertunda.
September 2013 saya bulatkan niat saya bahwa sebelum tahun 2013 berakhir, saya
sudah melakukan pementasan tunggal stand
up comedy. Saya kemudian berpikir, kalau saya hanya menampilkan stand up comedy maka tidak ada sesuatu
yang baru ditampilkan. Selama tahun 2011 hingga 2013 sudah banyak stand up comedian Indonesia yang
melakukan pertunjukan tunggal.
Saya teringat DVD ventriloquist
Jeff Dunham yang diberikan Fandy Begenk kepada saya pada bulan Agustus 2013. Kebetulan
saya lagi senang-senangnya dengan ventriloquist
yang merupakan seni suara perut yang biasanya menggunakan boneka. Saya sendiri
sewaktu kecil sangat suka dengan boneka Tongki-nya Gatot Sunyoto. Muncul ide
untuk menggabungkan stand up comedy
dengan ventriloquist. Supaya
pembukaan show menarik maka saya punya ide untuk membuka acara dengan musik
humor.
Mulailah saya bergerak untuk menghubungi tempat. Pilihannya adalah
Taman Ismail Marzuki Jakarta. Saya memilih Taman Ismail Marzuki karena tahun
2004 saya sudah melakukan pementasan di Gedung Kesenian Jakarta. Alasan lain
bahwa yang saya tampilan ini bukan sekedar tontonan tapi merupakan sebuah seni
komedi.
Alhamdulillah masih tersedia jadwal kosong di Graha Bhakti Budaya Taman
Ismail Marzuki untuk tanggal 23 November 2013. Saya punya waktu sekitar dua
bulan untuk persiapan. Saya pun mulai mencari orang yang bisa membuatkan boneka
ventriloquy di Indonesia. Roni Yuzirman pendiri komunitas tangan di atas memperkenalkan saya dengan Anang Sujana pemilik
pabrik boneka. Setelah melalui proses pertemuan beberapa kali dengan pak Anang
akhirnya boneka ventriloquy yang saya beri nama Lewi jadi.
Persiapan selanjutnya adalah saya harus bisa memainkan boneka ventriloquy
dengan baik. Kemampuan suara perut, akting, kemahiran menghidupankan boneka
serta penguasaan materi humor menjadi suatu bagian yang utuh dalam memainkan
ventriloquy. Saya pelajari semuanya melalui youtube dan DVD Jeff Dunham.
Sembari itu saya juga menulis materi stand
up comedy dan mempelajari lagu Superman yang dipopulerkan oleh Benyamin S.
Pementasan ini penuh tantangan, semangat yang berkorbar dalam jiwa didukung oleh passion yang tinggi
dalam berkomedi membuat saya melakukan semuanya dengan senang hati. Saya sebut penuh
tantangan, selain mempersiapkan isi acara saya juga harus mencari dana untuk
pertunjukan ini, membentuk tim acara serta ikut
memikirkan strategi promosi untuk mendatangkan penonton.
Menjelang hari pertunjukan saya pun berbagi tugas dengan istri. Saya mulai fokus
kepada manajemen show, istri fokus membenahi berbagai hal penunjang show. Ada
juga beberapa kendala yang dihadapi menjelang hari pementasan, seperti crew
pendukung yang nggak bisa hadir pada saat gladi resik karena memiliki kesibukan
ditempat lain. Untunglah pihak Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki
mendukung penuh acara ini dengan mengerahkan crew Graha Bhakti Budaya Taman
Ismail Marzuki untuk membantu keperluan kami seperti artistik, pencahayaan dan
tata suara.
Hari pertunjukan pun datang. Diluar dugaan saya penonton yang hadir tidak
sebanyak yang diharapkan. Apapun yang terjadi, sedikit atau banyak penonton
saya harus tampil maksimal. Melucu dihadapan penonton yang jumlahnya sedikit
memiliki tantangan yang berat. Itu harus saya hadapi.
Setelah pukulan gong ketiga, layar pertunjukan dibuka. Saya memulai
pertunjukan dengan ngerap berbahasa Inggris yang kemudian diplesetkan menjadi
lagu begadangnya Rhoma Irama. Saya pun kemudian mulai menyapa penonton dan
mulai menceritakan pengalaman saya merintis karir sebagai pelawak dengan gaya
jenaka. Kemudian saya lanjutkan dengan menyanyikan lagu Superman yang
dipopulerkan oleh Benyamin S.
Saya menutup sesi pertama ini dengan sebuah anekdot dari almarhum Gus Dur.
Kemudian saya silam ke belakang panggung untuk ganti baju. Di panggung penonton
melihat adegan dalam bentuk siluet yang memperlihatkan seorang perempuan sedang
berganti kostum. Disinilah komedinya, saya yang ganti kostum tapi yang muncul siluet
perempuan.
Setelah berganti kostum, saya muncul kembali diatas panggung. Saya
memainkan stand up comedy dengan membahas tentang kebiasaan saya suka
membaca, rencana pembangunan subway di Jakarta, teknologi telepon genggang,
Jakarta sebagai kota dengan mal terbanyak, korupsi serta persoalan aktual lainnya.
Kemudian untuk sesi terakhir saya memperkenalkan boneka ventriloquy Lewi.
Pada sesi ini saya ngelawak berdua dengan Lewi. Alhamdulillah sambutan penonton
sangat luar biasa menyaksikan saya dengan Lewi membahas beberapa permasalahan,
seperti penyadapan telepon Presiden SBY, rencana Jokowi maju sebagai presiden
hingga persoalan para Jomblo.
Menjelang pukul 22.00 saya mengakhiri pertunjukan yang berlangsung hampir 2
jam.