Pada 23
November 1986 sejarah mencatat, Mike Tyson yang saat itu baru berusia 20 tahun
5 bulan menjadi juara dunia termuda tinju kelas berat setelah mengalahkan
Trevor Berbick. Tak sampai setahun kemudian, Tyson menjadi juara sejati setelah
mampu menggabungkan tiga sabuk juara dunia versi IBF, WBC, dan WBA. Setelah itu,
berbagai pertarungan pun berhasil ia menangkan. Tiga tahun kemudian, setelah
berhasil menjadi juara sejati keadaan berbalik. Dalam sebuah pertarungan yang
berlangsung di Tokyo Jepang pada 11 Februari 1990, Mike Tyson dipukul KO pada
ronde ke-10 oleh James “Buster” Douglas. Setelah kekalahan tersebut karir Mike
Tyson naik turun hingga akhirnya ia memutuskan menggantung sarung tinju pada 2005.
Penyebab
terbesar hancurnya karir Mike Tyson adalah karena ia terjebak di zona nyaman. Ia
terlena dengan status dan kenyamanan yang sudah diraih. Ini membuat fokusnya di
dunia tinju berkurang. Tyson kemudian lebih banyak disibukan oleh persoalan
pribadi diluar tinju, mulai doyan pesta, dan malas berlatih. Nasehat pelatihnya,
Kevin Rooney, sudah tidak lagi ia dengar. Bahkan Mike Tyson memecat Kevin Rooney
tanpa sebab pada tahun 1988.
Sekitar
tahun 90-an saya mendengar kisah Michael Jackson yang membentuk tim khusus
untuk menilai penampilannya. Konon tim ini disisipkan di antara penonton setiap
kali Michael Jackson tampil. Tim inilah kemudian yang memberikan evaluasi dan
masukan dalam setiap penampilan penyanyi yang akrab dengan panggilan Jacko itu.
Evaluasi mulai dari soal kostum, gerakan tari bahkan tatapan mata Jacko selama
di atas panggung. Bisa jadi inilah yang membuat Jacko dikenal sebagai King Of
Pop hingga akhir hayatnya.
Kisah
Mike Tyson dan Michael Jackson ini sangat menginspirasi saya dalam berkarir.
Baik sebagai komedian, pembawa acara, motivator maupun trainer. Saya menghindari
zona nyaman. Terus meningkatkan kualitas diri dan terbuka pada kritik yang
membangun.
Untuk seminar dan training hubungi 08176655874