Met Siang, mas Iwel. Saya reno. Editor akuisisi penerbit Noura Books (Mizan Grup). Saya dapat info dari rekan wartawan, bahwa mas Iwel sedang menyiapkan naskah buku. Benarkah? Jika iya, bolehkah kami tahu tentang apa? Barangkali nanti kami bisa menerbitkan.
Itulah SMS yang saya terima pada tanggal 16 Juli 2012 pukul 11.50. Sehari setelah saya melalui akun twitter saya melakukan public commitment dengan mengatakan akan menerbitkan buku pada bulan Oktober 2012. Saya tentu senang sekali membaca SMS ini. Apalagi SMS ini datang dari sebuah penerbit besar Noura Books. Inilah yang saya sebut dengan keajaiban. Saya punya keinginan buku pertama saya diterbitkan oleh Mizan, sekarang Noura Books yang merupakan bagian dari Mizan menghubungi saya. Saya tidak segera membalas SMS tersebut, bukan sok jual mahal tapi karena nggak ada pulsa.
Setelah isi pulsa saya segera membalas SMS tersebut. Tak lama Reno Azwir dari Noura Books menelepon saya.
"Mas Iwel bukunya udah mau terbit?" tanya Reno.
"Rencananya begitu," jawab saya singkat.
"Penerbitnya siapa?" lanjut Reno.
"Belum tahu mas."
"Mau terbit tapi kok belum tahu penerbitnya" kejar Reno.
"Maunya saya sih mas terbit Oktober tapi belum ada penerbit," ucapan saya ini sepertinya semakin membuat Reno bingung.
"Sudah ditawarkan ke Penerbit?" Reno penasaran plus bingung.
"Belum sih."
Untuk menutupi kebingungannya Reno mengajak saya ketemuan sekalian untuk melihat naskah yang akan saya terbitkan. Saya pun menyanggupi ajakan Reno untuk bertemu esok hari di sebuah kafe di kawasan Kemang. Setelah menutup pembicaraan dengan Reno saya menjadi panik setengah mati. Apa yang harus saya sampaikan besok kepada Reno. Naskah yang ingin dilihat Reno belum saya tulis sama sekali. Bahkan saya pun belum tahu menulis apa.
Keesokan harinya.
Saya bertemu dengan Reno yang siang itu ditemani oleh Icha Nadia editor Noura Books. Setelah pesan minum dan berbincang basa-basi, Reno langsung ke pokok tujuan pertemuan kami.
"Mas Iwel bawa naskahnya?" tanya Reno langsung kepada pokok sasaran.
"Bawa" jawab saya mantap.
"Boleh kami lihat?" pinta Reno.
"Nggak bisa"
Reno dan Icha saling pandang bingung. Mungkin mereka berpikir yang mereka temui adalah orang yang kurang waras. Katanya nulis buku tapi kok naskahnya nggak boleh dilihat.
"Kenapa nggak boleh dilihat mas?" tanya Icha mencairkan suasana."Karena semua masih ada disini" jawab saya sambil menunjuk ke kepala saya.
Reno yang saat itu sedang menyisip minumannya dari sedotan terperanjat kaget. Sedotan terlepas dari mulutnya dan untung minuman yang ada dimulutnya tidak muncrat ke wajah saya.
"Jadi belum ditulis mas?" ujar Reno setengah melotot.
Untungnya Reno dan Icha adalah manusia-manusia tangguh yang sudah siap menghadapi beragam model penulis. Termasuk penulis nekat seperti saya. Sementara mereka bingung saya hanya bisa nyengir sambil mengaduk-ngaduk gelas minuman yang sudah kosong.
"Buku mau terbit Oktober? tapi sampai sekarang belum ditulis?" nggak jelas maksudnya Reno bertanya atau bergumam sendiri.
Wah .., apa yang terjadi selanjutnya. Nanti kita sambung lagi ya :)
Follow @iwel_mc
Picture
: http://noura.mizan.com