Kamis, 09 Mei 2013

Stand Up Comedy : Antara Indonesia Dan Amerika

Membuat penonton tertawa terbahak-bahak hingga gemuruh merupakan target kebanyakan stand up comedian Indonesia. Berdasarkan pengamatan saya, mulai terlihat perbedaan antara stand up comedian Indonesia dengan stand up comedian Amerika dalam memecah tawa penonton.

Kebanyakan stand up comedian Indonesia menggunakan "punchline" yang menabrak atau memutar balikan logika. Gaya punchline ini berbeda dengan stand up comedian Amerika yang lebih sering mempertanyakan fakta atau situasi.

Sebagai contoh materi stand up comedy yang dimainkan oleh George Carlin :

Have you  ever noticed that anybody driving slower than you is an idiot, and anyone going faster than you is a maniac?

Atau materi George Carlin lainnya:

Bowling is not a sport because you have to rent the shoes.

Kenapa di Indonesia materi yang memutar balikan logika efektif memecah tawa? Karena  penonton Indonesia sudah terbiasa dengan lawak atau komedi tradisional yang sering memutarbalikan logika. Lihatlah Srimulat misalnya. Bagaimana pemain-pemainnya sangat jago dalam memutar balikan logika. Pembantu bisa jadi majikan, majikan bisa jadi pembantu.

Selain itu, ada juga stand up comedian Indonesia yang menjual keluguan dan kepolosan untuk mendapatkan Gerrr. Formula ini cukup mujarab. Sebenarnya ini adalah formula yang telah digunakan oleh para pelawak puluhan tahun yang lalu. Sebut saja Gepeng dan Jojon sebagai contoh.

Dalam perjalanannya stand up comedy di Indonesia memiliki warnanya sendiri. Pengaruh lawak dan komedi tradisional tak bisa dihindarkan. Bagi yang pernah menonton penampilan stand up comedian Amerika tentu sangat merasakan perbedaan tersebut. Stand up comedy Indonesia mulai agak sulit disamakan dengan stand up comedy Amerika. Saya analogikan seperti KFC dan McDonalds, di Indonesia disajikan pakai nasi. Tentu di Amerika kita tidak akan menemukan paket nasi.