Membuat penonton
tertawa terbahak-bahak hingga gemuruh merupakan target kebanyakan stand up
comedian Indonesia. Berdasarkan pengamatan saya, mulai terlihat perbedaan
antara stand up comedian Indonesia dengan stand up comedian Amerika
dalam memecah tawa penonton.
Kebanyakan stand
up comedian Indonesia menggunakan "punchline" yang
menabrak atau memutar balikan logika. Gaya punchline ini berbeda dengan
stand up comedian Amerika yang lebih sering mempertanyakan fakta atau
situasi.
Sebagai contoh
materi stand up comedy yang dimainkan oleh George Carlin :
Have you
ever noticed that anybody driving slower than you is an idiot, and anyone going
faster than you is a maniac?
Atau materi
George Carlin lainnya:
Bowling is not a
sport because you have to rent the shoes.
Kenapa di
Indonesia materi yang memutar balikan logika efektif memecah tawa? Karena
penonton Indonesia sudah terbiasa dengan lawak atau komedi tradisional yang
sering memutarbalikan logika. Lihatlah Srimulat misalnya. Bagaimana
pemain-pemainnya sangat jago dalam memutar balikan logika. Pembantu bisa jadi
majikan, majikan bisa jadi pembantu.
Selain itu, ada
juga stand up comedian Indonesia yang menjual keluguan dan kepolosan
untuk mendapatkan Gerrr. Formula ini cukup mujarab. Sebenarnya ini adalah
formula yang telah digunakan oleh para pelawak puluhan tahun yang lalu. Sebut
saja Gepeng dan Jojon sebagai contoh.
Dalam
perjalanannya stand up comedy di Indonesia memiliki warnanya sendiri.
Pengaruh lawak dan komedi tradisional tak bisa dihindarkan. Bagi yang pernah
menonton penampilan stand up comedian Amerika tentu sangat merasakan
perbedaan tersebut. Stand up comedy Indonesia mulai agak sulit disamakan dengan
stand up comedy Amerika. Saya analogikan seperti KFC dan McDonalds, di
Indonesia disajikan pakai nasi. Tentu di Amerika kita tidak akan menemukan
paket nasi.