Melalui akun twitternya, rekan saya Prasetya M Brata yang dikenal sebagai meta coach dan penulis buku Provokasi menulis, NLP mengajarkan ‘scramble
technique’. Ini adalah teknik ketika ada seorang bawahan sedang dimarahi bos, untuk
menghilangkan rasa bete maka ia membuat
wajah dan suara bosnya seperti badut sehingga terlihat lucu. Menurut Prasetya,
mengubah wajah atasan menjadi seperti badut dan suaranya menjadi seperti Donald
Bebek, agar kita tidak bete pada atasan
yang sedang marah itu merupakan perbuatan yang tidak bertanggung jawab.
Saya setuju dengan pernyataan Prasetya. Namun sebagai atasan Anda juga
harus menutup celah agar tidak mendapat perlakuan demikian dari anak buah. Anda
merasa sudah seperti Donald Trump tapi di mata anak buah, Anda seperti Donald
Bebek. Ini menunjukan, meskipun berhadapan dan saling bertatap muka tetapi sesungguhnya
wibawa Anda sebagai atasan sudah hilang di hadapan anak buah. Bawahan menghadap
Anda lebih karena keterpaksaan dan tidak memiliki pilihan lain disebabkan hierarki
posisi mengharuskan dia mematuhi panggilan Anda. Kalau menurut ahli fashion atasan dan bawahan ini saling
melengkapi. Pakai atasan tapi tidak pakai bawahan maka Anda akan menjadi pusat
perhatian di keramaian, he he he.
Tidak ada salahnya Anda mulai berpikir untuk menjadi bos yang menyenangkan.
Menjadi bos yang menyenangkan akan memberikan keuntungan buat Anda pribadi,
bawahan dan perusahaan. Menjadi bos yang menyenangkan sama sekali bukan hal sulit.
Kita hanya perlu mengetahui dan memahami hal yang ditakuti oleh bawahan
terhadap atasannya. Secara garis besar ada dua hal yang ditakuti bawahan
terhadap atasan, yaitu tugas yang diberikan dan respon terhadap tugas yang
dikerjakan.
Berdasarkan dua hal ini, saya berikan tips sederhana tapi memiliki kekuatan
besar yang bisa menjadikan Anda bos yang menyenangkan.
Pertama, memberikan tugas dengan pengertian. Kata ‘pengertian’ sering kita dengar
sebagai syarat keharmonisan sebuah hubungan. Dalam konteks hubungan antara
atasan dengan bawahan, pengertian ditampakkan saat seorang atasan memberi tugas
pada bawahan. Pengertian disini bukan berarti atasan membatasi diri dalam
memberikan tugas pada bawahan. Memberikan tugas dengan pengertian memiliki
makna, ketika sebuah tugas yang diberikan berat maka saat memberikan tugas itu
Anda sebagai atasan memperlihatkan empati. Hal ini menunjukkan pada bawahan bahwa
Anda sebagai atasan juga memahami tugas yang diberikan memang berat. Saat memberikan
tugas yang berat itu posisikanlah diri Anda sebagai bawahan.
Seringkali seorang atasan justru bersikap sebaliknya. Memberikan tugas yang
berat tanpa beban. Seolah-olah bahwa bebannya sebagai atasan telah berpindah pada
bawahannya sehingga selanjutnya bawahanlah yang harus memikirkan cara menanggung
beban tugas tersebut. Dengan menunjukan pengertian dan rasa empati maka bawahan
yang menerima tugas akan merasa tidak sendiri sehingga beban yang dipikulnya
terasa ringan. Ini tentu menjadi semacam kekuatan baginya untuk bisa
menyelesaikan tugas tersebut dengan baik.
Kedua, memberikan penilaian dengan energi positif Seringkali ketika
memberikan penilaian terhadap kinerja bawahan, seorang atasan mengenyampingkan
hal-hal positif yang ada pada bawahannya. Hal ini tentu menimbulkan rasa tidak
puas bawahan terhadap atasan. Bawahan merasa diperlakukan tidak adil karena yang
dilihat hanya kekurangannya saja. Memberikan penilaian dengan energi positif
terletak pada cara Anda memilih kalimat. Anda bisa saja sedang mengkritik
bawahan tetapi menggunakan kalimat bermakna positif yang sifatnya ‘encouragement’.
Contoh kalimat yang memberikan penilaian dengan energi positif adalah,
“sayang sekali kalau kamu hanya mencapai target seperti ini padahal kamu
pintar” atau “kamu terlalu cepat menyerah sehingga pekerjaanmu tidak maksimal,
padahal saya tahu kamu punya kekuatan yang luar biasa untuk tetap semangat mencapai
hasil yang luar biasa.” Dengan memberikan energi positif, bawahan akan lebih mudah
menerima kesalahannya karena ia merasa bahwa di mata atasannya sebenarnya dia memiliki
kemampuan untuk bisa menghindari kesalahan-kesalahan tersebut.
Ketiga, memberikan apresiasi dengan tulus. Meskipun hasil yang dicapai
bawahan dalam mengerjakan tugas yang Anda berikan belum memuaskan, namun tidak
ada salahnya Anda memberikan apresiasi terhadap usaha yang telah dilakukan.
Apresiasi ini tidak harus dalam bentuk reward
berupa hadiah atau kenaikan gaji karena bawahan memang belum layak
mendapatkannya. Apresiasi ini bisa dalam bentuk ucapan seperti “saya senang
kamu sudah mengerjakan” atau “saya sangat menghargai dan berterima kasih jika
kamu mau memperbaiki laporan ini.”
Menjadi bos yang tegas tidak harus selalu galak. Menjadi bos yang tegas dan
berwibawa di depan anak buah bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan.
Apabila Anda bisa tampil sebagai bos yang menyenangkan maka dampak positif yang
bisa dirasakan adalah:
1. Bawahan
selalu dengan senang hati bertemu dengan bos.
Bagi mereka dipanggil bos bukanlah sebuah beban atau hal yang menakutkan
melainkan sebuah hal yang menyenangkan bahkan ditunggu-tunggu. Bawahan merasa
bahwa setiap kali bertemu dengan bos mereka selalu mendapatkan hal yang baru.
Bawahan menyadari bahwa untuk bisa menjadi seorang karyawan yang baik harus
terus memperbaiki diri dan mau mendengarkan arahan yang diberikan atasan.
Mereka akan menyimak kata demi kata yang disampaikan atasan dengan
sungguh-sungguh. Dengan demikian pesan dan keinginan atasan terhadap tugas yang
diberikan dapat ditangkap dengan baik sehingga akan menghasilkan hasil yang
baik.
2. Bawahan
mengerjakan tugasnya dengan gembira
Tugas-tugas yang diberikan oleh bos akan segera dikerjakan oleh bawahan
dengan gembira. Mereka yakin apapun hasil yang mereka berikan, atasan pasti
memberi apresiasi terhadap tugas yang telah dilaksanakan. Mereka merasa menjadi
bagian dari tim yang turut memiliki peran penting dalam pencapaian target
perusahaan. Mereka memberikan kemampuan terbaik yang dimiliki. Selain itu
bekerja dengan gembira akan melahirkan energi positif yang mendorong lahirnya
ide dan gagasan cemerlang.
Lebih dari semua itu, bawahan akan menceritakan bosnya yang baik kepada
rekan kerja, kepada rekan pergaulan, kepada keluarga atau kepada saja yang
membuat dia merasa bangga untuk menceritakan tentang bosnya yang baik. Semakin
sering orang lain menceritakan hal yang baik tentang kita maka energi positif
akan terus mengalir kepada diri kita sehingga kita akan menjadi pribadi yang
menyenangkan. Kebaikan kita pun selalu dikenang meskipun nanti kita telah
tiada. Seperti pepatah mengatakan harimau mati meninggalkan belang, gajah mati
meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Sebaik-baiknya nama
tentulah nama baik.
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Luar Biasa edisi November 2014