Minggu, 08 Maret 2015

Anti Personal Branding

Kafi Kurnia punya istilah Anti Marketing. Tulisan Anti Personal Branding terinspirasi dengan meme yang mengolok-ngolok Haji Lulung pada awal Maret 2015 pasca gagalnya mediasi antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dengan anggota DPRD. Sudut pandang saya agak berbeda dengan pakar brand lainnya. Saya menilai meme yang beredar mengenai Haji Lulung malah memberikan dampak positif pada Haji Lulung. Sekurangnya ada 2 hal dampak positif tersebut.

1. Memperkuat positioning Haji Lulung sebagai orang yang ditakuti. Sebelum menjadi anggota DPRD DKI Jakarta, Haji Lulung sudah dikenal sebagai penguasa Tanah Abang. Meme yang beredar justru sebagai bentuk pengakuan bahwa Haji Lulung pantas menjadi penguasa Tanah Abang.

2. Meme di beberapa media sosial dan trending topik di twitter #SaveHajiLulung membuat Haji Lulung semakin populer. Orang yang tadinya tidak tahu Haji Lulung jadi penasaran ingin mengetahui sosoknya lebih jauh. Bahkan kemudian banyak media massa yang menulis profil Haji Lulung. Bahkan saya pun ikut menulis tentang Haji Lulung, Wk wk wk

Ini mungkin perlu penelitian yang mendalam. Saya sendiri juga heran kenapa orang yang di bully di twitter hanya menjadi bahan lelucon sesaat namun tidak berdampak negatif terhadap citra orang tersebut. Coba diingat kembali, dulu Aceng Fikri juga ramai di cemooh di twitter tapi tetap bisa terpilih sebagai anggota DPR-RI periode 2014 - 2019. Bang Haji Rhoma Irama juga pernah diolok-olok di media sosial tapi hingga sekarang bisa tetap eksis berkarir.

Menurut saya inilah yang disebut dengan Anti Personal Branding.