Sabtu, 06 Juli 2013

Mengembangkan Stand Up Motivation

12 Oktober 2011 saya menerima tawaran untuk mengisi acara di PT. Rajawali Nusantara Indonesia. Menariknya saya diminta bukan untuk menampilkan stand up comedy melainkan memberikan motivasi ala motivator. Alasannya pihak panitia ingin menampilkan sesuatu yang berbeda. Saya dipilih karena dianggap mampu untuk melakukan itu. Sebelumnya saya juga pernah diundang oleh beberapa perusahaan untuk memberikan motivasi dengan menceritakan perjalanan karir saya sebagai komedian dan pembawa acara.

Sebenarnya saya sudah memiliki ketertarikan dengan dunia motivasi semenjak akhir tahun 90-an dengan membaca secara rutin tulisan Gede Prama disebuah harian nasional. Ketertarikan saya dengan tulisan Gede Prama membuat saya akhirnya bisa berkenalan dengan Gede Prama. Kami pun pernah membuatkan demo program motivasi untuk televisi. Kami melakukan suting di taman bunga cibubur. Saya yang menyutradarai merangkap sebagai juru kamera dan editor.

Tahun 2000-an motivator mulai banyak bermunculan. Saya pun mengamati beberapa diantara mereka. Saya terkadang suka terheran-heran sendiri beberapa materi yang disampaikan oleh motivator tersebut agak mirip dengan yang pernah saya pelajari hanya berbeda cara penyampian dan sudut pandang. Dalam buku motivaction: mimpi atau mati! saya menulis pernah belajar agama dengan KH. Arya Jaka Lelana. Melalui guru saya inilah saya sering sekali mendengarkan ungkaian kata-kata motivasi. Bahkan sebelum AA Gym populer saya juga pernah bertemu dengan kiai yang terkenal dengan manajemen qolbunya di rumah guru saya tersebut. Sahabat saya Uje juga sering berkunjung dan berdiskusi berbagai untaian kata penuh makna dengan KH. Arya Jaka Lelana.

Ketika merintis karir sebagai stand up comedian pernah terlintas dalam pikiran saya untuk beralih menjadi seorang motivator. Niat ini saya urungkan karena bagi saya lebih menantang untuk tetap mengembangkan stand up comedy dibandingkan menjadi seorang motivator. 

Setelah memberikan Motivasi di PT. Rajawali Nusantara Indonesia saya melakukan evaluasi. Peserta pada saat itu sangat termotivasi dengan apa yang saya sampaikan. Saya juga menyelipkan humor diantara materi motivasi. Hanya saja saya berpikir gaya saya saat itu terjebak menjadi seorang motivator sehingga identitas saya sebagai komedian agak tengelam. Saya bisa disebut lebih menjadi motivator humor. Meskipun ada kata humor dibelakangnya, penggunaan kata motivator didepan menunjukan saya ini lebih berperan sebagai seorang motivator. Ada istilahnya motivator super, motivator cinta, nah ini motivator humor yang lebih menekankan pada sisi motivatornya.

Untuk tetap menunjukan identitas saya sebagai stand up comedian kemudian saya akhirnya menemukan istilah yang cocok jika saya memberikan motivasi yaitu stand up motivation. Memadukan stand up comedy dengan motivasi. Kata stand up berada di depan sehingga bisa dimaknai menjadi stand up comedian yang memberikan motivasi. Dalam menyampaikan materi motivasi tetap dengan gaya stand up comedy.

Setelah buku motivaction: mimpi atau mati! terbit saya banyak diundang untuk memberikan motivasi berdasarkan isi buku yang saya tulis. Saya pun selalu menyebutkan bahwa sesi yang saya isi adalah sesi stand up motivation. Bahkan ketika menjadi seorang trainer dengan topik seputar leadership, team building dan komunikasi, saya tetap mempertahankan ciri sebagai stand up comedian.