Kamis, 09 April 2015

Belajar Bahagia dari Seorang Gadis Kecil

Gadis kecil dalam foto ini adalah anak saya. Namanya Kayra. Saat foto ini diambil, umurnya belum genap 5 tahun. Saya sangat suka foto ini. Bukan semata-mata karena ini adalah foto anak saya. Akan tetapi karena ada hal yang begitu menonjol dari Kayra dalam foto ini yang juga ingin saya bagi kepada teman-teman semua.

Foto ini diambil saat Kayra menari-nari girang karena berhasil menyelesaikan mainan puzzle barunya yang ia genggam di tangan kiri. Tangan kanannya mengepal mengekspresikan kebahagiaan karena ia sukses mengerjakan teka-teki dari mainannya itu. Matanya berbinar. Bibirnya tersenyum dan membuka lebar sebagai ekspresi kegembiraan dan keceriaan. Kebahagiaan tepancar dari wajahnya.

Kapan terakhir Anda merasa bahagia? Saat itu, apa yang membuat Anda merasa bahagia? Kadang sebagai orang dewasa kita lebih sulit bahagia. Sebaliknya Kayra, sangat mudah menemukan alasan untuk berbahagia. Saat bangun tidur ia tersenyum karena mimpi bermain dengan ikan mas peliharaannya yang baru saja mati 3 hari lalu. Kayra bahagia berangkat ke sekolah karena di sekolah ia bisa bermain dengan teman-temannya. Pulang sekolah ia bahagia karena masih punya sisa bekal sepotong roti selai coklat untuk dimakan di sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Sungguh betapa sederhananya kebahagiaan untuk Kayra.

Sehari-hari bibir mungil Kayra lebih sering tersenyum dan tertawa. Ia juga suka sekali bersenandung. Saya perhatikan, dengan merasa mudah untuk berbahagia Kayra jarang sekali menangis atau rewel. Kalaupun ia merasa marah atau kecewa terhadap suatu hal pasti tidak akan pernah bertahan lama. Perasaan senang juga membuatnya mampu dengan mudah menyelesaikan beragam aktivitas yang terkait dengan pelajaran di sekolahnya.

Mainan puzzle yang sulit pun tidak pernah ia katakan sulit. "I just haven't found the way to solve it right now," ujarnya ringan dengan bahasa inggris cadel khas anak-anak saat saya tanya soal puzzle barunya yang saya anggap sulit untuk diselesaikan oleh anak seumur Kayra.

Melihat Kayra, ada beberapa hal yang saya pelajari. Pertama, jadikanlah bahagia sebagai suatu kebiasaan. Jika bahagia kita jadikan kebiasaan maka ia akan melekat dalam keseharian kita, melekat dalam mindset kita sehingga menjadi bagian dari sifat dan diri kita. 

Kedua, kita bisa membangun kebiasaan untuk berbahagia dengan cara melihat beragam hal kecil yang terjadi sebagai penyebab atau alasan kita untuk berbahagia. Misalnya, pagi ini Anda memutuskan ambil rute lain untuk pergi ke kantor dan ternyata tidak macet. Berbahagialah untuk itu. Saat jam istirahat di kantor Anda memiliki kesempatan menelepon pasangan dan bercakap-cakap mesra. Berbahagialah untuk itu. Nilailah semua peristiwa kecil semacam itu sebagai penyebab kebahagiaan.

Ketiga, saat Anda menemukan penyebab atau alasan untuk berbahagia, ajak tubuh untuk berbahagia bersama Anda. Tersenyumlah, belalakkan mata Anda sehingga ia menjadi berbinar, senandungkan rasa senang Anda, kepalkan tangan kemudian tarik ke bawah sambil berkata yess! Atau lakukan beragam cara lain untuk mengekspresikan kebahagiaan Anda. Dengan begitu, tubuh Anda mendukung dan bersinergi dengan alam pikiran sehingga membentuk diri Anda yang bahagia. Hal ini akan memengaruhi gestur, ekspresi wajah dan perilaku keseharian Anda. Kalau ini dilakukan terus menerus tubuh dan pikiran akan kompak berubah, menjadi kebiasaan sehingga muncul diri Anda yang baru. Anda dalam versi yang lebih ceria.

Keempat, saat menemukan kesulitan jangan menganggapnya sebagai kesulitan. Seperti Kayra yang belum bisa menyelesaikan puzzle, just give yourself a time to think and to find the solution. Masalah yang Anda hadapi tidaklah sulit, Anda hanya belum menemukan carauntuk memecahkannya. Jadi yang diperlukan hanya waktu. Dengan memakai pola pikir ini, Andq akan tetap bisa tenang dalam menghadapi masalah. Tenang membuat Anda bisa berpikir jernih untuk menemukan solusinya dengan cepat.

Jadi, berhenti menunda kebahagiaan melanda diri Anda. Anda memiliki hak untuk berbahagia sekarang juga!