Minggu, 05 April 2015

Doa Dalam Personal Branding


Suatu siang di tahun 1997 saya menemukan sebuah KTP yang tergeletak di meja ruang tamu. Saya membaca nama pemilik KTP tersebut tertulis Riyanto. Saya bingung kenapa KTP Riyanto bisa ada meja ruang tamu. Setelah saya melihat foto pemilik KTP tersebut saya ngakak.  Saya sangat kenal dengan wajah yang ada di KTP tersebut yang selama ini saya panggil dengan mas Tukul. KTP ditangan saya milik Tukul Arwana yang kemudian hari sangat terkenal dengan wajah ndeso dan katronya tersebut.
 
Selain Tukul Arwana yang berkibar dengan nama panggung ada juga pelawak Tarsan yang  memiliki nama asli Toto Maryadi.  Penyanyi Ikke Nurjana memiliki nama  asli Hartini Erpi Nurjanah. Kalau mendengar nama Raden Terry Tantri Wulansari anda sepertinya sangat asing dengan nama tersebut. Apabila disebut nama panggungnya Mulan Jameela tentu anda akan sangat familiar dengan mantan personil Ratu ini.

Tulisan diatas saya kutip dari buku saya yang berjudul “Motivaction, Mimpi atau Mati!” untuk menggambarkan bahwa bukan hanya produk yang memerlukan nama yang menjual dan mudah untuk diingat namun kalangan selebritas pun perlu untuk mengubah nama mereka yang diyakinim memiliki nilai jual.

Nama lahir saya Welnaldi Sastra namun di ijazah dan KTP hingga sekarang ditulis hanya Welnaldi. Sejak SMP dipanggil dengan nama Iwel. Tahun 1993 ketika saya menjadi penyiar radio DMC 1079 FM Jakarta, atasan saya Sys NS mengusulkan agar saya menggunakan nama Iwel Well (dua L) ketika siaran. Alasannya agar gampang diingat. 

Tahun 2005 ketika tampil sebagai Stand Up Comedian di acara Bincang Bintang RCTI, Indra Yudhistira GM Produksi RCTI mengusulkan agar saya menggunakan nama Iwel saja. Alasannya nama Iwel Well terlalu "komik" dan mengada-ada. Tidak cocok untuk seorang Stand Up Comedian. Contohnya nama-nama Stand Up Comedian Amerika relatif keren-keren, sebut saja : Jay Leno, David Letterman, Jerry Seinfeld, Steve Martin, dll. 

Tahun 2006 ketika bergabung dengan Republik Mimpi (Newsdotcom), Effendi Gazali mengusulkan agar saya menggunakan nama Iwel Wel ( satu L) alasannya nama itu sudah pernah melekat dihati sebagian orang, baik ketika saya menjadi penyiar radio atau pun sebagai pemeran pembantu di sinetron Donna Sang Penyamar (ANTV - 1996), walau sesaat sinetron ini sempat jadi perbincangan dikalangan anak muda. 

Juni 2010, istri saya menyarankan saya untuk kembali menggunakan nama belakang pemberian orang tua saya "Sastra"  Ini untuk menekankan bahwa misi saya sebagai komedian bukan sekadar tampil lucu tapi untuk menghibur dan mencerahkan. Apalagi ketika saya mulai menekuni dunia motivasi dan training, nama ini bisa mewakili sosok saya sebagai motivator dan trainer yang selalu membawakan materi mencerahkan, inspiratif, aplikatif dengan gaya humor.

Bagi saya menggunakan nama panggung ini bukan sekedar menggunakan. Sama halnya ketika Riyanto menggunakan nama Tukul Arwana itu bukan sekedar pemilihan nama yang lucu tapi ada doa di dalamnya. Tukul berarti tumbuh sedangkan Arwana adalah nama ikan yang saat itu masuk dalam kategori ikan mahal. Riyanto berharap dia bisa tumbuh menjadi komedian yang mahal. Doa yang terbukti terkabul.

Sekarang saya menggunakan nama Iwel Sastra yang mengandung arti Insan Baik (Wel) yang Sehat, Sukses dan Sejahtera. Saya menyimpulkan bahwa nama yang merupakan bagian personal branding bukan sekadar nama komersil tapi sebaiknya mengandung doa. 

Walaupun Shakespeare mengatakan "apalah artinya sebuah nama" saya tidak percaya dengan ungkapan Shakespeare karena kebanyakan karya-karya Shakespeare menggunakan nama sebagai judul. Seperti, Romeo & Julliet, Othello, Macbeth, Hamlet, Raja Lear, Julius caesar, Troilus dan Cressida, dll. Kalau nama tidak begitu penting kenapa dia tidak memberikan judul karyanya "anu, anu dan anu, raja anu".