Minggu, 16 Juni 2013

Belajar Dari Stand Up Comedy Festival 2013

Minggu 16 Juni 2013 saya menyempatkan hadir untuk menonton Stand Up Comedy Festival 2013 yang diselenggarakan oleh @standupmetrotv dan @standupindo. Suatu kehormatan saya bisa duduk menyaksikan acara ini dari kursi VIP bersama ribuan penonton yang memadati Hall Basket Senayan tempat acara dilangsungkan. Berhubung saya datang ke acara malam, saya hanya bisa menyaksikan penampilan 14 comic yang malam itu ditutup dengan penampilan Pandji Pragiwaksono. 

Niat utama saya menyaksikan acara ini selain untuk mendapatkan hiburan adalah untuk belajar. Bagi seorang comic belajar itu tak pernah berhenti, harus terus mau belajar. Malam itu saya khusus mempelajari karakter penonton stand up comedy di Indonesia. Materi-materi seperti apakah yang bisa bikin pecah dan membuat penonton gemuruh. Gaya delivery comic seperti apakah yang mudah untuk membuat penonton tertawa.

Ada beberapa comic yang menurut saya memiliki materi yang bagus, bahkan dari set up-nya saja sudah terlihat cerdas namun terkadang tak bisa nyambung dengan penonton sehingga terkesan nggak lucu. Padahal menurut saya materi tersebut lucu. Ada comic yang pernah memainkan materi di tempat lain - saya pernah nonton dan saat itu pecah habis - namun ketika dimainkan malam itu hanya retak.

Salah seorang rekan comic yang malam itu ikut main sempat ngobrol dengan saya. Rekan ini merasa penampilannya malam itu kurang pecah. Kami pun berdiskusi, apa yang bisa dilakukan dimasa mendatang supaya bisa pecah seperti comic lainnya. Saya mengatakan sejujurnya kepada rekan tersebut bahwa materinya bagus. Hanya saja "kelengahannya" adalah dia tidak berusaha nyambung dengan comic-comic yang main sebelumnya. 

Saya pun kemudian membagi pengalaman saya kepada rekan comic tersebut yang saya rangkum menjadi beberapa poin berikut ini:

1. Beberapa comic yang main sebelum dia memiliki karakter dan gaya delivery yang sama. Tiba-tiba rekan comic ini masuk dengan gaya yang lain. Maka penonton butuh waktu untuk "adjust / adapt". Ini nggak mudah dan butuh waktu.

2. Dalam suatu acara saya pernah sepanggung dengan Mongol. Saya tampil setelah Mongol. Saya sangat memahami karakter dan materi Mongol. Hal yang saya lakukan adalah kemudian saya menyiapkan beberapa materi yang berhubungan dengan seks. Saya memainkan "bit" awal yang tidak terlalu "jomplang" dengan gaya dan materi Mongol. Setelah itu saya melakukan "fade in" ke gaya observational dengan "cool delivery" yang telah menjadi ciri khas saya. Saya pun pecah berkeping-keping.

3. Ketika saya jadi tamu sebuah acara talk show di sebuah televisi swasta, saya di todong oleh host-nya melakukan stand up comedy selama 2 menit. Durasi yang sangat singkat untuk melakukan stand up comedy. Saya lihat penontonnya kebanyakan "kaum alay". Maka saya pun menurunkan sedikit ego saya dengan memainkan bit  "yang penting gerrr"

4. Hal yang menarik adalah, untuk penampilan di Stand Up Comedy Metro TV saya mempertahankan gaya saya 100%. Saya tidak terpengaruh dengan kritikan tim produksi yang mengatakan saya tidak seheboh comic yang lain. Saya tidak terpengaruh sama penonton di studio yang terkadang hanya tertawa ala kadarnya. Kenapa demikian? Saya menjadikan Stand Up Comedy Metro TV sebagai etalase. Saya tidak akan terpengaruh dengan comic yang tampil sebelum atau sesudah saya. Penonton di studio adalah penunjang show di studio. Target market saya justru berada diluar yang berada diantara penonton di rumah. Makanya tak heran saya lebih banyak diundang oleh perusahaan-perusahaan dibanding melakukan open mic di cafe-cafe.

Itulah jurus-jurus yang saya "sharing" kepada rekan comic yang bisa juga digunakan oleh comic lainnya. Seorang comic harus memiliki "diferensiasi dan persona" tapi jangan lupa untuk pintar membaca penonton dan lentur dengan keadaan.

Sebagai stand up comedian yang ikut mensosialisasikan dan mempopulerkan stand up comedy semenjak tahun 1998 saya sangat senang dan terharu menyaksikan Stand Up Comedy Festival 2013 yang berjalan dengan sukses.

*pecah = istilah yang digunakan stand up comedian Indonesia yang berarti berhasil bikin "ngakak penonton"