Ketika menulis buku motivaction: mimpi atau mati! saya berharap buku ini menjadi buku best seller. Keinginan saya agar buku ini menjadi best seller selain bisa mendapatkan royalti yang dahsyat, paling utama adalah buku agar buku ini bisa dibaca dan menginspirasi jutaan orang. Ini adalah buku motivasi yang disajikan secara komedi berdasarkan pengalaman saya. Artinya semua yang saya tulis dalam buku tersebut sudah teruji dan terbukti bisa digunakan sebagai ilmu untuk meraih sukses.
Saat berdiskusi dengan Reno Azwir, editor akuisisi noura books, pertanyaan pertama saya adalah "apa tips untuk menulis buku best seller?"
Reno tertawa mendengar pertanyaan saya. Sesaat kemudian Reno menjawab "tipsnya adalah nggak ada tips. Kalau ada sudah dapat dipastikan semua buku yang diterbitkan penerbit menjadi best seller".
Lebih lanjut Reno menjelaskan setiap buku memiliki nasibnya sendiri. Sebuah buku kemudian best seller atau tidak seperti menjadi rahasia tersendiri. Reno mencontohkan sebuah buku yang nasional best seller. Awalnya buku tersebut tidak laku dipasaran. Sudah masuk gudang penerbit. Kemudian ada sebuah momen yang tak diduga yang membuat buku tersebut bisa keluar gudang untuk dijual kembali. Bukan hanya itu dicetak ulang sampai puluhan kali dan diangkat ke layar lebar. Siapa yang menyangka buku yang udah bermukim di gudang sekian lama akan menjadi nasional best seller.
Dalam wawancara dengan kompas.com penulis buku best seller Dewi Lestari mengungkapkan bahwa ia tak percaya bahwa ada formula khusus yang bisa membuat sebuah buku menjadi best seller. Dee- panggilan akrab Dewi - tidak tahu persis apa yang membuat bukunya menjadi best-seller.
Seorang teman penulis pernah menyarankan saya untuk mengikuti jejaknya agar buku saya menjadi best seller yaitu dengan membeli buku saya sendiri. Itulah yang dia lakukan agar buku yang dia tulis mendapat cap best seller pada terbitan pertama. Cara ini juga yang banyak dilakukan oleh penulis lain. Tentu saja saya berpikir seratus kali untuk mengikuti jejak ini. Tujuan saya bukan hanya semata cap best seller tapi bagaimana jutaan pembaca bisa mendapatkan manfaat dari yang saya tulis.
Seorang teman penulis pernah menyarankan saya untuk mengikuti jejaknya agar buku saya menjadi best seller yaitu dengan membeli buku saya sendiri. Itulah yang dia lakukan agar buku yang dia tulis mendapat cap best seller pada terbitan pertama. Cara ini juga yang banyak dilakukan oleh penulis lain. Tentu saja saya berpikir seratus kali untuk mengikuti jejak ini. Tujuan saya bukan hanya semata cap best seller tapi bagaimana jutaan pembaca bisa mendapatkan manfaat dari yang saya tulis.
Tung Desem Waringin mengungkapkan sebuah buku tidak bisa didiamkan saja untuk bisa menjadi best seller. Selain promosi yang dilakukan penerbit, penulis harus kreatif mencari cara pemasaran yang tidak biasa. Seperti yang dilakukan Tung Desem 1 Juni 2008 menyebarkan uang Rp100 juta dari atas pesawat. Menyebar uang ini sebenarnya bagian dari mempromosikan bukunya yang berjudul financial revolution. Cara ini membuahkan hasil, di hari pertama, buku financial revolution habis terjual sebanyak 38.878 eksemplar,
Saya sendiri berdasarkan pengalaman dan pengamatan menemukan beberapa faktor yang bisa menjadi daya ungkit agar sebuah buku menjadi best seller.
1. Buku tersebut ditulis sepenuh hati.
2. Niatkan agar isi buku memberikan manfaat bagi jutaan pembaca.
3. Memilih judul yang memiliki daya tarik.
4. Menjodohkan buku dengan penerbit yang tepat.
5. Menerbitkan buku pada waktu yang tepat
6. Membuat strategi agar buku dibicarakan banyak orang.
Selain itu jangan lupa berserah diri kepada Yang Maha Kuasa serta yakin bahwa buku yang kita tulis akan menjadi best seller. Kalau penulisnya sendiri tidak yakin bagaimana mungkin bisa menjadi best seller.