Minggu, 11 Agustus 2013

Menjadi Full Time Comedian

Sewaktu saya mengatakan bahwa pekerjaan saya semenjak tahun 1993 adalah full time comedian, seorang pria bertanya "apa yang mas Iwel kerjakan kalau lagi nggak suting?"

Selama ini dalam bayangan masyarakat jika seorang komedian tidak muncul di televisi berarti dia sedang menganggur. Pemahaman ini wajar saja karena banyak masyarakat yang belum paham mengenai profesi komedian serta ruang lingkup pekerjaannya.

Bagi yang sudah membaca buku motivaction: mimpi atau mati! pasti sudah tahu kalau saya merantau ke Jakarta tahun 1989 dengan tujuan ingin mengadu nasib menjadi pelawak. Karir profesional saya sebagai komedian baru terbuka tahun 1993 ketika saya menjadi penyiar radio DMC 1079FM. Saya sebut sebagai karir profesional karena pada tahun inilah saya mulai dibayar secara profesional sebagai seorang komedian.

Ruang lingkup pekerjaan seorang komedian hampir sama dengan artis lainnya secara garis besar terbagi dua yaitu on air dan off air. Menjadi penyiar radio, muncul di televisi, main film, main iklan bisa dikategorikan dalam ruang lingkup on air. Sedangkan ruang lingkup off air adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan panggung pertunjukan dan proses kreatif.

Penghasilan terbesar seorang komedian "seharusnya" lebih banyak bersumber dari off air. Honor yang diterima komedian dalam acara off air lebih besar dibandingkan honor ketika tampil di televisi. Muncul ditelevisi selain mendapatkan penghasilan juga berguna untuk mendongkrak popularitas. Dampak popularitas ini berpengaruh terhadap tarif komedian ketika menerima pekerjaan off air.

Menjawab pertanyaan pria tadi, apa yang saya lakukan ketika tidak muncul di televisi? Jawabannya adalah, sebagai full time comedian saya mengatur irama hidup saya seperti menjalankan sebuah perusahaan. Ada hari untuk bekerja ada hari untuk libur. Biasanya kalau tidak suting, saya memiliki jadwal off air untuk manggung. Disinilah seorang komedian harus kreatif menciptakan aneka produk. Saya sendiri selain menyediakan produk "stand up comedy" juga menyediakan produk pembawa acara, moderator dan public speaking coach. Saya juga membuat produk baru yang saya beri nama "stand up motivation" menggabungkan stand up comedy dan motivasi. 

Jika pada hari yang saya tetapkan untuk bekerja tidak ada jadwal suting dan tidak ada jadwal manggung, maka saya melakukan proses kreatif seperti menulis materi stand up comedy, menulis buku, menulis skenario, merancang program acara televisi, merancang proposal untuk sponsor,  merancang strategi karir saya baik yang sifatnya mingguan, bulanan, jangka panjang, bahkan saya mewajibkan diri saya menyediakan waktu untuk menonton video-video komedian terkenal sebagai bahan pembelajaran, membaca buku-buku terbaru seputar komedi dan latihan membawakan joke, latihan membawakan acara hingga latihan akting.

Dari proses kreatif yang saya lakukan telah menghasilkan ratusan naskah untuk acara televisi, dua buah buku motivasi yang hasilnya sudah saya nikmati berupa royalti yang diberikan penerbit. Tulisan saya juga pernah dimuat di sejumlah media massa. Kemampuan menulis ini masih bisa saya kembangkan untuk menulis skenario film bergenre komedi.

Dari semua kegiatan on air maupun off air tersebut semua memiliki benang merah yaitu komedi. Setiap produk yang saya hasilkan harus memiliki unsur komedi. Ketika orang belajar public speaking kepada saya, maka salah satu output-nya adalah bisa menjadi pembicara yang menyenangkan, memiliki sense of humor dan bisa menulis joke.

Bagi saya menjadi komedian bukan hanya sekedar profesi, ini merupakan bisnis yang harus saya kelola dengan baik seperti menjalakan sebuah perusahaan. Di Indonesia mayoritas komedian maupun artis - tentu tidak semuanya - semakin tua semakin kurang populer dan perlahan hilang. Berbeda dengan Amerika, disana kita bisa lihat komedian seperti Jerry Seinfeld, Adam Sandler, Steve Martin, Jay Leno, David Letterman semakin tua semakin laku dan semakin mempesona.   

Ini juga alasan saya menolak pinangan sejumlah partai politik untuk menjadi caleg. Dunia saya bukan di parlemen, dunia saya adalah dunia komedi. Masih banyak yang harus saya kerjakan dan selesaikan di dunia ini. Saya berharap walaupun  nanti saya sudah setua David Letterman, tapi saya bisa tetap eksis, laris dan memiliki pengaruh dalam kehidupan sosial, politik dan budaya.