Erling Persson |
Pasti
banyak yang tahu toko H&M dong. Yang perempuan pasti pernah mampir
berbelanja. Yang laki-laki pasti pernah mampir menemani pasangan
berbelanja. Yang jomblo pasti pernah lihat laki-laki menemani pasangannya
berbelanja. Banyak kalangan suka belanja di H&M karena baju dan
aksesoris disana fashionable, gaya, keren dan menawarkan model terbaru
dengan harga terjangkau.
Saat
ini H&M adalah brand ritel pakaian nomor 2 terbesar di dunia.
Jumlah tokonya lebih dari 3.500 yang tersebar di hampir seluruh dunia.
H&M adalah brand asal Swedia. Didirikan oleh Erling Persson tahun
1947(setelah Perang Dunia 2 usai). Awalnya bernama Hennes & hanya
menjual baju perempuan. Baru pada tahun 1968 berganti nama menjadi
H&M (Hennes & Mauritz) setelah bergabung dengan Mauritz
Widforss, pengusaha penjual alat pertukangan dan berburu.
Setelah
itu, H&M mulai menjual pakaian pria. Erling Persson yang awalnya
adalah seorang salesman terus fokus mengembangkan H&M. Tidak ada
bisnis yang langsung besar. Begitu pun H&M. Walau barang yang
dijualnya selalu segar & muda, brand ini sudah berumur 67 tahun.
Berikut
beberapa hal yang bisa dipelajari dari Erling Parsson ketika brand
H&M masih berstatus merintis. Anda harus bisa menjual, ujar Parsson
di dalam wawancara di media. Parsson sendiri merintis usahanya sebagai
seorang salesman. Ia menjual daging, majalah, bolpen dan ia adalah
salesman sejati. Parsson bahkan menjual souvenir pada para tentara yg
bertugas pada saat perang dunia 2 berlangsung.
Tinggal
di kota kecil Vasteras, Parsson merasa ia harus pindah ke ibukota
Swedia, Stockholm, untuk mendapatkan peluang usaha yang lebih besar.
Segera setelah PD 2 usai, ia terbang ke Amerika. Disana ia mendapat
inspirasi dan referensi untuk membuat toko ritel besar seperti Macys.
Di
Amerika harga sepatu 75% lebih murah daripada di Swedia. Disitulah
Parsson mendapat ide membuat toko ritel dengan barang yang harganya
terjangkau. Kembali ke Swedia, di tengah situasi yang belum jelas karena
baru saja usai PD, Parsson tidak takut untuk segera mulai.
Satu
resep memulai usaha ala Parsson yang satu ini sgt menarik. Walau sudah
pindah ke Stockholm, ia tak membuka toko pertamanya disana melainkan di
Vasteras. Alasannya, ia harus yakin terlebih dulu bahwa usahanya
berhasil sebelum membuka toko yang besar di kota besar. Menurutnya,
kalau kita mulai dari yang kecil, saat gagal tidak ada orang yang akan
memperhatikan. Kalau sukses, baru kita buka toko berikutnya, ujar
Parsson. Selain itu, jika Parsson mulai di stockholm dan gagal maka ia
takut reputasinya akan menjadi jelek.
Pemilihan
tempat yang hati-hati dan penuh perhitungan ala Parsson yang ia
terapkan di tahun 1947 ini terbukti menjadi strategi yang berhasil.
Strategi ini terus dilakukan H&M hingga kini. Dalam berbisnis
Parsson pun sabar, tekun dan tidak ingin buru-buru sukses. Hal yang
penting bagi Parsson, bisnisnya stabil sambil sedikit-sedikit maju. Di
tahun-tahun awal H&M Parsson hanya menargetkan kemajuan 15-20% per
tahun. Bahkan butuh 50 tahun sebelum H&M membuka toko pertamanya di
Amerika. Namun strateginya terbukti membuat pondasi brand H&M kokoh
sehingga bisa bertahan bahkan mendunia.
Tulisan ini dirangkum dari twit saya Monday Morning Motivation melalui @iwelsastra19