Senin, 19 Oktober 2015

Ritel Fashion H&M Hasil Ketekunan yang Mendunia

Erling Persson
Pasti banyak yang tahu toko H&M dong. Yang perempuan pasti pernah mampir berbelanja. Yang laki-laki pasti pernah mampir menemani pasangan berbelanja. Yang jomblo pasti pernah lihat laki-laki menemani pasangannya berbelanja. Banyak kalangan suka belanja di H&M karena baju dan aksesoris disana fashionable, gaya, keren dan menawarkan model terbaru dengan harga terjangkau. 

Saat ini H&M adalah brand ritel pakaian nomor 2 terbesar di dunia. Jumlah tokonya lebih dari 3.500 yang tersebar di hampir seluruh dunia. H&M adalah brand asal Swedia. Didirikan oleh Erling Persson tahun 1947(setelah Perang Dunia 2 usai). Awalnya bernama Hennes & hanya menjual baju perempuan. Baru pada tahun 1968 berganti nama menjadi H&M (Hennes & Mauritz) setelah bergabung dengan Mauritz Widforss, pengusaha penjual alat pertukangan dan berburu. 

Setelah itu, H&M mulai menjual pakaian pria. Erling Persson yang awalnya adalah seorang salesman terus fokus mengembangkan H&M. Tidak ada bisnis yang langsung besar. Begitu pun H&M. Walau barang yang dijualnya selalu segar & muda, brand ini sudah berumur 67 tahun. 

Berikut beberapa hal yang bisa dipelajari dari Erling Parsson ketika brand H&M masih berstatus merintis. Anda harus bisa menjual, ujar Parsson di dalam wawancara di media. Parsson sendiri merintis usahanya sebagai seorang salesman. Ia menjual daging, majalah, bolpen dan ia adalah salesman sejati. Parsson bahkan menjual souvenir pada para tentara yg bertugas pada saat perang dunia 2 berlangsung. 

Tinggal di kota kecil Vasteras, Parsson merasa ia harus pindah ke ibukota Swedia, Stockholm, untuk mendapatkan peluang usaha yang lebih besar. Segera setelah PD 2 usai, ia terbang ke Amerika. Disana ia mendapat inspirasi dan referensi untuk membuat toko ritel besar seperti Macys. 

Di Amerika harga sepatu 75% lebih murah daripada di Swedia. Disitulah Parsson mendapat ide membuat toko ritel dengan barang yang harganya terjangkau. Kembali ke Swedia, di tengah situasi yang belum jelas karena baru saja usai PD, Parsson tidak takut untuk segera mulai. 

Satu resep memulai usaha ala Parsson yang satu ini sgt menarik. Walau sudah pindah ke Stockholm, ia tak membuka toko pertamanya disana melainkan di Vasteras. Alasannya, ia harus yakin terlebih dulu bahwa usahanya berhasil sebelum membuka toko yang besar di kota besar. Menurutnya, kalau kita mulai dari yang kecil, saat gagal tidak ada orang yang akan memperhatikan. Kalau sukses, baru kita buka toko berikutnya, ujar Parsson. Selain itu, jika Parsson mulai di stockholm dan gagal maka ia takut reputasinya akan menjadi jelek. 

Pemilihan tempat yang hati-hati dan penuh perhitungan ala Parsson yang ia terapkan di tahun 1947 ini terbukti menjadi strategi yang berhasil. Strategi ini terus dilakukan H&M hingga kini. Dalam berbisnis Parsson pun sabar, tekun dan tidak ingin buru-buru sukses. Hal yang penting bagi Parsson, bisnisnya stabil sambil sedikit-sedikit maju. Di tahun-tahun awal H&M Parsson hanya menargetkan kemajuan 15-20% per tahun. Bahkan butuh 50 tahun sebelum H&M membuka toko pertamanya di Amerika. Namun strateginya terbukti membuat pondasi brand H&M kokoh sehingga bisa bertahan bahkan mendunia. 

Tulisan ini dirangkum dari twit saya Monday Morning Motivation melalui @iwelsastra19