Di kelas public speaking yang saya adakan, seorang peserta bertanya apa
modal saya menjadi seorang trainer yang sering memberikan training untuk
perusahaan. Selain dari peserta kelas public speaking saya itu,
pertanyaan ini sudah sering saya dengar karena banyak yang menduga kalau
saya menjadi trainer hanya memanfaatkan popularitas saya sebagai
seorang komedian. Tidak banyak yang tahu, saya sudah mempersiapkan diri sejak lama sebelum
akhirnya terjun ke dunia motivasi dan training. Salah satunya dengan
mempelajari berbagai macam materi soft skill yang umumnya dibutuhkan
oleh perusahaan. Materi soft skill yang saya pelajari antara lain
leadership, teamwork, sales & marketing dan berbagai materi people
development lainnya.
Semakin saya pelajari, semakin jelas bahwa ruh dari semua keterampilan tersebut tetaplah komunikasi. Kemudian tinggal model komunikasi apa yang tepat untuk diaplikasikan dalam masing-masing kategori soft skill tersebut.
Saya pun mengamati trainer untuk berbagai kategori soft skill ini. Selain memiliki pendidikan formal, banyak di antara mereka yang melengkapi diri dengan mempelajari hypnosis, NLP dan sejenisnya. Banyak di antara mereka bahkan memasang gelar non akademis yang diperoleh dari pelatihan tersebut. Semakin banyak pelatihan yang diikuti maka semakin berderet panjang gelar di belakang namanya. Dari yang saya pelajari, hypnosis, NLP maupun pelatihan-pelatihan lain sejenis tetap mengandalkan kekuatan komunikasi.
Saya sendiri sudah mendalami ilmu komunikasi sejak tahun 90-an karena minat saya yang tinggi di bidang ilmu ini. Secara akademis, saya pun melengkapi keilmuan saya dengan menyelesaikan program master ilmu komunikasi di Universitas Indonesia. Bagi saya, ini sudah menjadi modal utama untuk menjadi seorang trainer. Disamping saya juga sangat suka mempelajari hal-hal baru di bidang organisasi, leadership, motivasi serta materi soft skill lainnya.
Semakin saya mendalami bidang ini, semakin jelas bahwa semua berada dalam satu payung besar komunikasi. Seperti ucapan guru saya, Guru Besar Ilmu Komunikasi, Profesor Alwi Dahlan, "Everything is Communication.
Semakin saya pelajari, semakin jelas bahwa ruh dari semua keterampilan tersebut tetaplah komunikasi. Kemudian tinggal model komunikasi apa yang tepat untuk diaplikasikan dalam masing-masing kategori soft skill tersebut.
Saya pun mengamati trainer untuk berbagai kategori soft skill ini. Selain memiliki pendidikan formal, banyak di antara mereka yang melengkapi diri dengan mempelajari hypnosis, NLP dan sejenisnya. Banyak di antara mereka bahkan memasang gelar non akademis yang diperoleh dari pelatihan tersebut. Semakin banyak pelatihan yang diikuti maka semakin berderet panjang gelar di belakang namanya. Dari yang saya pelajari, hypnosis, NLP maupun pelatihan-pelatihan lain sejenis tetap mengandalkan kekuatan komunikasi.
Saya sendiri sudah mendalami ilmu komunikasi sejak tahun 90-an karena minat saya yang tinggi di bidang ilmu ini. Secara akademis, saya pun melengkapi keilmuan saya dengan menyelesaikan program master ilmu komunikasi di Universitas Indonesia. Bagi saya, ini sudah menjadi modal utama untuk menjadi seorang trainer. Disamping saya juga sangat suka mempelajari hal-hal baru di bidang organisasi, leadership, motivasi serta materi soft skill lainnya.
Semakin saya mendalami bidang ini, semakin jelas bahwa semua berada dalam satu payung besar komunikasi. Seperti ucapan guru saya, Guru Besar Ilmu Komunikasi, Profesor Alwi Dahlan, "Everything is Communication.