Kamis, 01 Oktober 2015

Orang Indonesia Pertama Yang Pentas Stand Up Comedy

koleksi rekaman stand up comedy dalam berbagai format

Saya sering ditanya, kenapa sebagai pelopor stand up comedy Indonesia saya kurang eksis dibandingkan Pandji atau Raditya Dika. Bahkan, banyak yang tidak tahu saya adalah pelopor stand up comedy Indonesia. Melalui tulisan ini saya menjawab pertanyaan tersebut. 

Sebelumnya dari tahun 1989 hingga tahun 1997 saya lebih banyak berkiprah sebagai pelawak grup. Kegagalan demi kegagalan dalam membentuk grup lawak membuat saya memutuskan untuk solo karir. Saya memutuskan menekuni stand up comedy semenjak tahun 1998 karena terinpirasi oleh Jerry Seinfeld dan Bob Hope. 

Saat saya mulai menekuni stand up comedy tahun 1998 tidak bertujuan menjadi pelopor melainkan karena semenjak kecil saya sudah memiliki
cita-cita menjadi seorang pelawak. Ketika menyaksikan Jerry Seinfeld dan Bob Hope memainkan stand up comedy saya merasa terpanggil untuk menekuninya.

Setelah perjuangan yang panjang semenjak tahun 1998, saya kemudian membuat pentas stand up comedy pertama di Indonesia yang dimainkan orang Indonesia pada 6 Maret 2004 di Gedung Kesenian Jakarta. Pementasan ini bertujuan mensosialisasikan stand up comedy di Indonesia. Saat itu stand up comedy masih sangat asing di Indonesia. Masyarakat lebih mengenal lawak tunggal. Stand up comedy dan lawak tunggal adalah dua hal yang berbeda. 

Ketika saya mulai menekuni stand up comedy, youtube belum ada. Untuk bisa mendapatkan rekaman stand up comedy sangat sulit. Saya sendiri harus titip pada teman yang tinggal di Amerika. Koleksi rekaman penampilan stand up comedian Amerika dan Inggris masih dalam format video VHS. 

Ada pula teman yang berbaik hati merekam penampilan George Carlin dalam bentuk VCD. Di Zaman format VCD, untuk satu penampilan, disc nya banyak banget he he he... Di era DVD saya memiliki beberapa rekaman panggung stand up comedian dunia seperti Jerry Seinfeld, Billy Connolly, Jamie Foxx, dan lain-lain. Sebagian besar adalah pemberian dari teman-teman yang baru pulang dari luar negeri.
 
Saat saya tampil stand up di acara Bincang Bintang RCTI tahun 2005-2006 belum banyak yang tahu kalau yang saya tampilkan itu adalah stand up comedy. Saat itu saya lebih sering menggunakan gaya topical ala Jay Leno dan David Letterman. Sesekali observational ala Jerry Seinfeld. Gaya topical menggunakan berita atau informasi sebagai set up kemudian dibelokkan oleh punchline yang membuat penonton tertawa. Kembali ke pertanyaan, kenapa saya kurang dikenal sebagai pelopor stand up comedy dan kalah eksis dibanding Pandji dan Raditya Dika? Jawabannya sederhana, karena saya kurang terlibat dalam program stand up comedy di televisi terutama Kompas TV he he he.

Di Metro TV saat awal ada Stand Up Comedy Show saya masih sering diundang. Perlahan jarang kemudian tidak pernah. Saya rasa hal itu disebabkan comic semakin banyak dan gaya stand up comedy saya yang taat pakem bisa jadi dianggap kurang cocok untuk pemirsa Indonesia. Sementara menurut Mas Kelik M Nugroho, wartawan senior penikmat dan pemerhati stand up comedy di Indonesia, comic Indonesia lebih banyak bicara sesuatu yang dekat dengan dirinya tetapi bukan sesuatu yang dekat dengan masyarakat.  Bicara sesuatu yang dekat dengan dirinya misalnya, membahas tentang Ibunya, tentang pacarnya, atau tentang keanehan dirinya sendiri.

Ketika Kompas TV akan membuat stand up comedy Indonesia, Indra Yudhistira dan Akhmad Shef mengundang saya untuk diminta masukan. Saat itu saya juga ditawari menjadi salah seorang juri. Saya menyanggupi tawaran itu. Kemudian tidak ada kabar lanjutan.  Saya kemudian diminta tampil sebagai comic tamu di episode perdana program tersebut karena akhirnya posisi juri diberikan ke komedian senior yang meskipun senior tapi saat itu belum tentu tahu dan mendalami stand up comedy.

Kompas TV memiliki peran dalam mengorbitkan  Pandji dan Raditya Dika sebagai stand up comedian dengan menunjuk mereka sebagai pembawa acara Stand Up Comedy Indonesia. Dalam perjalanan program tersebut Raditya Dika beralih sebagai juri dan Pandji tetap menjadi juri. Oleh karena itu wajar jika mereka jadi lebih terkenal. Bisa jadi tidak banyak yang tahu Ramon Papana ikut mengenalkan stand up comedy di Indonesia melalui Comedy Cafe-nya. Sebelum stand up comedy populer di Indonesia, saya bersama Ramon Papana  mengunggah di youtube video penampilan saya bersama beberapa comic lain di Comedy Cafe.

Menurut saya alasan utama kenapa stasiun televisi tidak melibatkan saya lebih pada alasan komersil, rating dan share semata. Begitu juga ketika Indosiar membuat program Stand Up Comedy Academy yang dilibatkan sebagai juri adalah komedian terkenal yang tidak memiliki akar sebagai stand up comedian.  Bagi saya ini ini hal lumrah. Setiap manusia mempunyai jalan hidup dan pintu rezekinya masing-masing. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, tulisan di blog ini untuk menjawab pertanyaan. Dikenal atau tidak, stand up comedy bagian hidup saya. Dulu saya memulai stand up comedy karena memang harus memulai. Bukan karena latah tapi memang panggilan hati dan karier.

Jika saat ini saya menekuni dunia motivasi dan training bukan berarti saya meninggalkan stand up comedy. Sebagai pakar motivasi dan trainer saya masih bisa memainkan berbagai materi stand up comedy yang saya sisipkan dalam materi motivasi atau training saya. Ini menjadi nilai tambah saya sebagai pakar motivasi dan trainer.

Tulisan ini dirangkum dari twit saya, Stand Up Comedy Insight #SUCI Selasa 29 September 2015