koleksi rekaman stand up comedy dalam berbagai format |
Saya
sering ditanya, kenapa sebagai pelopor stand up comedy Indonesia saya kurang
eksis dibandingkan Pandji atau Raditya Dika. Bahkan, banyak yang tidak tahu
saya adalah pelopor stand up comedy Indonesia. Melalui tulisan ini saya
menjawab pertanyaan tersebut.
Sebelumnya
dari tahun 1989 hingga tahun 1997 saya lebih banyak berkiprah sebagai pelawak
grup. Kegagalan demi kegagalan dalam membentuk grup lawak membuat saya
memutuskan untuk solo karir. Saya memutuskan menekuni stand up comedy semenjak tahun
1998 karena terinpirasi oleh Jerry Seinfeld dan Bob Hope.
Saat saya mulai
menekuni stand up comedy tahun 1998 tidak bertujuan menjadi pelopor melainkan
karena semenjak kecil saya sudah memiliki
cita-cita menjadi seorang pelawak.
Ketika menyaksikan Jerry Seinfeld dan Bob Hope memainkan stand up comedy saya
merasa terpanggil untuk menekuninya.
Setelah
perjuangan yang panjang semenjak tahun 1998, saya kemudian membuat pentas stand
up comedy pertama di Indonesia yang dimainkan orang Indonesia pada 6 Maret 2004
di Gedung Kesenian Jakarta. Pementasan ini bertujuan mensosialisasikan stand up
comedy di Indonesia. Saat itu stand up comedy masih sangat asing di Indonesia.
Masyarakat lebih mengenal lawak tunggal. Stand up comedy dan lawak tunggal
adalah dua hal yang berbeda.
Ketika
saya mulai menekuni stand up comedy, youtube belum ada. Untuk bisa mendapatkan
rekaman stand up comedy sangat sulit. Saya sendiri harus titip pada teman yang
tinggal di Amerika. Koleksi rekaman penampilan stand up comedian Amerika dan
Inggris masih dalam format video VHS.
Saat
saya tampil stand up di acara Bincang Bintang RCTI tahun 2005-2006 belum banyak
yang tahu kalau yang saya tampilkan itu adalah stand up comedy. Saat itu saya
lebih sering menggunakan gaya topical ala Jay Leno dan David Letterman.
Sesekali observational ala Jerry Seinfeld. Gaya topical menggunakan berita atau
informasi sebagai set up kemudian dibelokkan oleh punchline yang membuat
penonton tertawa. Kembali ke pertanyaan, kenapa saya kurang dikenal sebagai
pelopor stand up comedy dan kalah eksis dibanding Pandji dan Raditya Dika?
Jawabannya sederhana, karena saya kurang terlibat dalam program stand up comedy
di televisi terutama Kompas TV he he he.
Di
Metro TV saat awal ada Stand Up Comedy Show saya masih sering diundang.
Perlahan jarang kemudian tidak pernah. Saya rasa hal itu disebabkan comic
semakin banyak dan gaya stand up comedy saya yang taat pakem bisa jadi dianggap
kurang cocok untuk pemirsa Indonesia. Sementara menurut Mas Kelik M Nugroho, wartawan senior penikmat dan pemerhati stand up comedy di Indonesia, comic Indonesia
lebih banyak bicara sesuatu yang dekat dengan dirinya tetapi bukan sesuatu yang
dekat dengan masyarakat. Bicara sesuatu yang dekat dengan dirinya
misalnya, membahas tentang Ibunya, tentang pacarnya, atau tentang keanehan
dirinya sendiri.
Ketika
Kompas TV akan membuat stand up comedy Indonesia, Indra Yudhistira dan Akhmad
Shef mengundang saya untuk diminta masukan. Saat itu saya juga ditawari menjadi
salah seorang juri. Saya menyanggupi tawaran itu. Kemudian tidak ada kabar
lanjutan. Saya kemudian diminta tampil sebagai comic tamu di episode
perdana program tersebut karena akhirnya posisi juri diberikan ke komedian
senior yang meskipun senior tapi saat itu belum tentu tahu dan mendalami stand
up comedy.
Kompas
TV memiliki peran dalam mengorbitkan Pandji dan Raditya Dika sebagai stand up
comedian dengan menunjuk mereka sebagai pembawa acara Stand Up Comedy
Indonesia. Dalam perjalanan program tersebut Raditya Dika beralih sebagai juri
dan Pandji tetap menjadi juri. Oleh karena itu wajar jika mereka jadi lebih
terkenal. Bisa jadi tidak banyak yang tahu Ramon Papana ikut mengenalkan stand
up comedy di Indonesia melalui Comedy Cafe-nya. Sebelum stand up comedy populer
di Indonesia, saya bersama Ramon Papana mengunggah di youtube video penampilan
saya bersama beberapa comic lain di Comedy Cafe.
Menurut
saya alasan utama kenapa stasiun televisi tidak melibatkan saya lebih pada
alasan komersil, rating dan share semata. Begitu juga ketika Indosiar membuat
program Stand Up Comedy Academy yang dilibatkan sebagai juri adalah komedian
terkenal yang tidak memiliki akar sebagai stand up comedian. Bagi saya
ini ini hal lumrah. Setiap manusia mempunyai jalan hidup dan pintu rezekinya
masing-masing. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, tulisan di blog ini untuk
menjawab pertanyaan. Dikenal atau tidak, stand up comedy bagian hidup saya.
Dulu saya memulai stand up comedy karena memang harus memulai. Bukan karena
latah tapi memang panggilan hati dan karier.
Jika
saat ini saya menekuni dunia motivasi dan training bukan berarti saya
meninggalkan stand up comedy. Sebagai pakar motivasi dan trainer saya masih
bisa memainkan berbagai materi stand up comedy yang saya sisipkan dalam materi
motivasi atau training saya. Ini menjadi nilai tambah saya sebagai pakar motivasi
dan trainer.
Tulisan ini dirangkum dari twit saya, Stand Up Comedy
Insight #SUCI Selasa 29 September 2015