Jerry
Seinfeld seperti yang dikutip dari nypost.com edisi 17 April 2014 adalah master
komedi observasi. Sebelumnya sebuah artikel yang dimuat nytimes.com edisi 23
Desember 2012 mengutip pernyataan Judd Apatow, sutradara yang banyak
menyutradarai film komedi seperti Knocked Up, This Is 40, Trainwreck dan banyak
lainnya. Apatow menyebutkan “from the get-go he was the greatest
observational comedian who ever lived — nobody was, or is, as funny as him.”
Saya sengaja tidak menerjemahkan pernyataan Apatow karena saya kesulitan
menerjemahkan kata “greatest” ke Bahasa Indonesia yang pas. Nanti kalau saya
terjemahkan terhebat, terkeren, terbesar, dibilang lebay karena saya memang
sangat mengidolakan Jerry Seinfeld.
Komedi
observasi sangat dekat dengan satir politik. Maka materi humor saya juga sering
bersinggungan dengan politik. Selama 6 tahun menjadi host acara parodi /
talkshow politik saya terbiasa memainkan humor politik. Komedi observasi juga
dekat dengan komedi topikal. Saat tampil rutin stand up comedy di acara Bincang Bintang
RCTI saya sering memainkan komedi topikal. Bedanya observasi dan topikal adalah
observasi menjadikan sudut pandang comic terhadap suatu hal sebagai setup
sedangkan topikal biasanya menjadikan berita atau artikel media massa sebagai
setup.
Dalam
memainkan materi topikal, saya bisa disebut sebagai comic pertama di Indonesia
yang memasukan nama tokoh secara jelas dalam materi stand up comedy saya.
Sebagai contoh, berikut materi yang saya mainkan ketika siaran lansung
acara Bincang Bintang RCTI tahun 2005.
Saya
salut dengan Presiden SBY yang mengatakan siap tidak populer karena menaikan
harga BBM. Tadinya sebagai rasa simpati, saya akan mengirimkan bunga kepada
Presiden (setup)
Tapi
tidak jadi karena ongkos kirimnya naik (punchline)
Humor
ini selain mengundang tawa juga berisi sindiran. Biasanya pasca kenaikan BBM
harga barang-barang naik, termasuk tarif transportasi.
Kalau
dilihat kembali koleksi materi stand up comedy saya maka akan terlihat saya
konsisten memainkan materi observasi. Tentang bajaj, sepakbola, film, rokok,
makan di restoran, demonstrasi, dan banyak lainnya. Inilah mungkin yang
menyebabkan stand up comedy oleh beberapa kalangan disebut sebagai komedi
cerdas karena comicnya dalam membuat materi perlu melakukan observasi terlebih
dahulu dan penontonnya harus rela menertawakan diri sendiri atau situasi yang
menimpanya.
Stand
up comedy bukan hanya sekadar membuat orang tertawa. Kalau tujuannya hanya
membuat orang tertawa maka cukup mencela diri sendiri, mencela orang lain atau
berakting blo`on yang sudah dijamin pasti bikin tertawa. Tertawa tanpa isi. Padahal stand up comedy adalah comedy with substance.