Minggu, 08 November 2015

Komedi Observasi

Penampilan saya sebagai stand up comedian sangat dipengaruhi oleh Jerry Seinfeld. Maka tak heran, sama halnya dengan Jerry Seinfeld saya memilih observasi sebagai gaya humor. Gaya observasi secara sederhana adalah membahas segala hal yang bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari dari sudut pandang seorang stand up comedian. Mengidolakan Jerry Seinfeld bukan berarti saya tidak mempelajari gaya, materi dan penampilan stand up comedian lain seperti George Carlin, Chris Rock, Bill Hicks, Billy Crystal, Jay Leno dan lainnya.

Jerry Seinfeld seperti yang dikutip dari nypost.com edisi 17 April 2014 adalah master komedi observasi. Sebelumnya sebuah artikel yang dimuat nytimes.com edisi 23 Desember 2012 mengutip pernyataan Judd Apatow, sutradara yang banyak menyutradarai film komedi seperti Knocked Up, This Is 40, Trainwreck dan banyak lainnya. Apatow menyebutkan “from the get-go he was the greatest observational comedian who ever lived — nobody was, or is, as funny as him.” Saya sengaja tidak menerjemahkan pernyataan Apatow karena saya kesulitan menerjemahkan kata “greatest” ke Bahasa Indonesia yang pas. Nanti kalau saya terjemahkan terhebat, terkeren, terbesar, dibilang lebay karena saya memang sangat mengidolakan Jerry Seinfeld.

Komedi observasi sangat dekat dengan satir politik. Maka materi humor saya juga sering bersinggungan dengan politik. Selama 6 tahun menjadi host acara parodi / talkshow politik saya terbiasa memainkan humor politik. Komedi observasi juga dekat dengan komedi topikal. Saat tampil rutin stand up comedy di acara Bincang Bintang RCTI saya sering memainkan komedi topikal. Bedanya observasi dan topikal adalah observasi menjadikan sudut pandang comic terhadap suatu hal sebagai setup sedangkan topikal biasanya menjadikan berita atau artikel media massa sebagai setup.

Dalam memainkan materi topikal, saya bisa disebut sebagai comic pertama di Indonesia yang memasukan nama tokoh secara jelas dalam materi stand up comedy saya. Sebagai contoh, berikut  materi yang saya mainkan ketika siaran lansung acara Bincang Bintang RCTI tahun 2005.

Saya salut dengan Presiden SBY yang mengatakan siap tidak populer karena menaikan harga BBM. Tadinya sebagai rasa simpati, saya akan mengirimkan bunga kepada Presiden (setup)
Tapi tidak jadi karena ongkos kirimnya naik (punchline)

Humor ini selain mengundang tawa juga berisi sindiran. Biasanya pasca kenaikan BBM harga barang-barang naik, termasuk tarif transportasi.

Kalau dilihat kembali koleksi materi stand up comedy saya maka akan terlihat saya konsisten memainkan materi observasi. Tentang bajaj, sepakbola, film, rokok, makan di restoran, demonstrasi, dan banyak lainnya. Inilah  mungkin yang menyebabkan stand up comedy oleh beberapa kalangan disebut sebagai komedi cerdas karena comicnya dalam membuat materi perlu melakukan observasi terlebih dahulu dan penontonnya harus rela menertawakan diri sendiri atau situasi yang menimpanya. 

Stand up comedy bukan hanya sekadar membuat orang tertawa. Kalau tujuannya hanya membuat orang tertawa maka cukup mencela diri sendiri, mencela orang lain atau berakting blo`on yang sudah dijamin pasti bikin tertawa. Tertawa tanpa isi. Padahal stand up comedy adalah comedy with substance.