Selain memberikan training dan motivasi di berbagai perusahaan saya juga sering mengadakan training public speaking untuk umum. Biasanya saya mempublikasikan jadwal training public speaking ini melalui akun sosial media saya. Training public speaking yang saya adakan formulanya berbeda dengan training public speaking yang diadakan oleh trainer lain. Saya memadukan pengalaman saya selama lebih 20 tahun berkecimpung di dunia public speaking dengan pengetahuan akademis mengenai public speaking yang saya pelajari di bangku kuliah. Saya memformulakan selama 7 jam peserta mengikuti training mereka sudah bisa mempraktekan langsung dan merasakan perubahan kemampuan yang sangat signifikan dalam berbicara di depan publik.
Rekan saya pernah menanyakan kenapa dalam mempromosikan training public speaking saya tidak membuat brosur yang memuat testimoni dari para alumni training saya. Rekan ini tahu bahwa beberapa alumni training saya adalah trainer, public speaker, artis, model, komedian, entrepreneur, manajer hingga CEO. Dengan memuat testimoni para alumni ini tentu bisa memancing banyak orang lain ikut training saya. Menjawab pertanyaan rekan tersebut saya menyebutkan 2 alasan saya kenapa tidak pernah memuat testimoni alumni dalam brosur maupun materi promosi.
Pertama, saya menganggap publikasi jadwal training yang saya lakukan melalui sosial media bukanlah promosi melainkan ajakan bagi yang serius ingin memperdalam dan meningkatkan kemampuan public speakingnya untuk ikut training saya. Jadi biasanya yang ikut training saya adalah mereka yang benar-benar serius ingin memperdalam dan meningkatkan kemampuan mereka berbicara di depan publik.
Kedua, menurut saya testimoni itu harus berimbang. Rasanya kurang fair kalau saya hanya memuat pernyataan dari alumni yang dianggap sukses dalam menguasai public speaking. Padahal kemampuan yang dimilikinya tidak semata-mata hanya karena ikut training saya melainkan didukung oleh kerja keras dan semangat berlatih yang dimilikinya. Saya hanya memberi dorongan dengan pengetahuan teori, teknik dan pengalaman yang saya miliki. Ada beberapa trainer dan motivator yang suka memuat kisah sukses peserta trainingnya. Akan tetapi, bagaimana dengan peserta training lain yang belum merasakan manfaat yang mungkin jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan yang sukses.
Kesimpulannya untuk training dan motivasi yang saya lakukan, saya memutuskan untuk tidak meminta testimoni dari peserta yang kemudian saya jadikan sebagai materi promosi. Saya bersyukur apabila ada yang mendapatkan manfaat dari pelatihan yang saya adakan. Jika belum, saya mendoakan semoga suatu saat itu tetap bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat dan berharga bagi hidupnya.