Semenjak Metro TV, Kompas TV dan sekarang Indosiar menayangkan program stand up comedy maka istilah stand up comedy semakin akrab ditelinga masyakarat. Sayangnya popularitas stand up comedy tidak diikuti dengan informasi yang benar kepada masyarakat mengenai stand up comedy. Bahkan terkesan ada upaya untuk mengaburkan istilah stand up comedy
dengan menyebutkan bahwa stand up comedy sama dengan lawak tunggal. Harus diingat stand up comedy merupakan komedi impor.
Perbedaan yang sangat mendasar adalah stand up comedy memiliki pakemnya sendiri. Pakem yang paling mendasar adalah stand up comedy merupakan rangkaian joke singkat dan padat. Terdiri dari dua rumus wajib yaitu setup dan punchline. Serta didukung oleh beberapa teknik lain yang mendukung penampilan seorang stand up comedian seperti delivery, act out, dan lain-lain. Semua buku yang menulis tentang teori dasar stand up comedy baik yang ditulis oleh Judy Carter, Greg Dean, Jay Sankey dan lain-lain sepakat dan tidak ada perdebatan mengenai teori dasar ini.
Sementara lawak tunggal meskipun sama-sama dimainkan oleh seorang komedian tidak dibatasi oleh pakem seperti stand up comedy. Lawak tunggal salah satu bentuk komedi lokal Indonesia yang dirintis dan dipopulerkan oleh pelawak Indonesia seperti Bing Slamet, Eddy Sud, Ateng, Iskak, S Bagyo, Otong Lenon, Otong Lalo, Pepeng, Krisna Purwana, Nana Krip dan pelawak lainnya. Meskipun dikemudian hari para pelawak tunggal ini memutuskan untuk menjadi pelawak grup dengan membentuk grup lawak. Tidak ada pembatasan materi pelawak tunggal sehingga mereka boleh menceritakan anekdot, membaca puisi humor, bermain musik, sulap atau atraksi lainnya yang mengundang tawa.
Dari prinsip dasar ini saja sudah terlihat jelas perbedaan stand up comedy dan lawak tunggal. Stand up comedy adalah komedi yang kita impor dari negara lain jadi sebaiknya kita perlakukan sebagaimana diperlakukan di negara asalnya.